MENU

Jumat, 10 Juni 2011

TRANS BEBANIR BANGUN


Trans bebanir bangun (Part 1)


Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (surah  Ar Ra’d ayat 11). Inilah yang mungkin terbesit dikepala ayahku saat memutuskan untuk mengikuti program pemerintah bernama Transmigrasi. Menghidupi anak yang berjumlah 5 tentu sangat berat jika hanya mengandalkan kerja serabutan yang hasilnya tentu saja tidak cukup atau lebih tepatnya adalah tidak akan menjamin masa depan anak-anaknya. Dengan harapan dapat merubah nasib maka ayahku mencari informasi mengenai transmigrasi di Disnakertrans kota Malang.
Aku sebenarnya tidak sepenuhnya setuju dengan apa yang dilakukan orangtuaku itu. Bayangkan saja aku harus meninggalkan teman-teman mainku dan khawatir sekali mereka akan melupakanku. Aku bakal sendirian ditempat yang tidak kukenal. Namun berbeda dengan ke empat kakakku yang terlihat riang sekali menantikan waktu transmigrasi. Aku heran melihat mereka padahal mereka baru saja berhenti sekolah hanya karena trans, harus kehilangan teman-teman akrab mereka dan juga tidak bisa bermandi-mandi ria disungai pinggir desa tegalron, ya desa namun sudah agak padat.
“ tenang wae as, mengko di trans iku bapak duwe omah anyar, tanah gede lan kebun sing gede juga..” jelas Alfan, kakakku yang baru kelas 2 SD saat kutanya alasannya senang itu.
Jawaban yang sama pun kudapatkan dari selmua kakakku yang lain. Tentu saja aku pun berubah girang dengan hal itu, bayangkan saja karena selama ini kami hidup dirumah yang sempit dan bocor jika hujan.
“ trus awakmu juga bakal numpak kapal gede !!!”
Deg ! kapal? Aku selama ini belu pernah melihat wujud kapal itu secara nyata. Hanya miniatur kapal seng yang berbunyi tok-tok-tok memutari embernya  paklek di pasar malam dekat perumnas. Al hasil selama beberapa hari aku bermimpi yang aneh-aneh tentang rumah baruku, kebun alpukat dan nangka seperti didepan langgar, dan naik di kapal laut besar.
Tepat pertengahan tahun 1993 saat aku baru berusia 5 tahun lebih permohonan ayah untuk mengikuti program itu disetujui dan kami sekeluarga akan di tempatkan dipulau Kalimantan tepatnya di daerah Kabupaten Berau. Aku tidak mempunyai bayangan tentang berau, apakah seperti kuto Bedah, Alun-alun di kota Malang yang kadang tiap minggu aku diajak ibuku kesana atau bahkan seperti candi Singosari yang banyak terdapat patung-patung?
Untuk mencapai pelabuhan Tanjung Priok, Surabaya kami naik Bis, aku senang sekali ini pengalaman pertama naik bis. Sesekali kulambaikan tanganku keluar jendela yang buru-buru dicegah oleh ayahku. Aku senang sekali melihat banyak gedung-gedung tinggi dan selintas pula aku melihat monument suro dan boyo tepat di depan kebun binatang Surabaya. Kapal Kalebi adalah kapal yang menjadi pengantar kami menuju tanah harapan.
Aku hanya memandang lautan luas itu selama 4 hari 5 malam di atas kapal Kalebi dengan  selalu tersenyum penuh harapan. Tidak bosan karena ternyata dikapal itu penuh oleh orang-orang yang akan bertransmigrasi seperti keluargaku. Aku mendapatkan banyak teman-teman baru dikapal itu. Namun saat malam ditengah kegembiraanku menatap tanah harapan itu kami semua dikhawatirkan oleh kapal yang mendekati areal kepualauan masalembu yang konon merupakan “Bermuda Triangle”nya Indonesia. Dan memang disekitar lautan dekat masalembu itu gelombang mendadak sangat tinggi. Seluruh penghuni kapal berdoa memohon keselamatan, hujan mulai turun menambah ketakutan, aku menangis dipelukan ibuku yang tidak berhenti istighfar. Sayup-sayup terdengar beberap orang adzan walupun sebenarnya sudah lewat waktu isya dan terlalu dini untuk subuh. Saat ketakutan itu aku tertidur dengan menyisakan senggukan tangis takut dan ketika mataku terbuka kondisi sudah stabil dan aman. Aku senang dan begitu pula semua orang. Tepat dipelabuhan Tarakan kami ditransfer ke perahu kayu kecil untuk kemudian berlayar menuju Berau melewati sungai-sungai besar dan akhirnya tepat jam 10 malam kerlap kerlip cahaya tepian pelabuhan Tanjung Redeb (ibukota Berau) menyambut kami dengan ramah. Kami sementara ditampung dipergudangan pelabuhan dan menunggu untuk diantar ke lokasi trans keesokan harinya. Lega sekali telah mencapai daratan setelah beberapa hari terombang ambing dilautan dan sekarang waktunya untuk menatap masa depan kehidupan kami semua. Aku tak sabar menunggu esok, mataku mulai ngantuk namun sebelum terpejam sempat kulihat orang tuaku sedang sholat jama’ ta'khir antara maghrib dan isya.

Kamis, 09 Juni 2011

PERBEDAAN HASIL LATIHAN SQUAT JUMP DAN LATIHAN NAIK TURUN TANGGA TERHADAP DAYA LEDAK LOMPAT JAUH SISWA PUTRA KELAS VIII
SMPN 4 SAMARINDA TAHUN AJARAN 2010/2011





 






Oleh :
MUHAMMAD ANSORI
072075100452




FAKULTAS PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP)
PGRI KALIMANTAN TIMUR
2010/2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua yang telah ada dan dilakukan oleh manusia sejak jaman purba sampai sekarang ini. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini, atletik sudah ada dan dilakukan oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan setiap gerakan dalam atletik seperti jalan, lari, lompat dan lempar merupakan perwujudan dari gerakan dasar dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Pada jaman purba, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh manusia sangat penting artinya karena hal tersebut berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya yaitu berburu dan meramu makanan. Untuk itu manusia primitif dituntut untuk memiliki kekuatan, kecepatan, daya tahan dan ketangkasan terutama dalam menggunakan peralatan purbanya seperti lembing, panah, bumerang, batu dan lain sebagainya yang dapat diperolehnya dari melakukan berbagai gerakan atletik meskipun tidak disadarinya.
Gerakan-gerakan yang terdapat pada semua cabang olahraga, pada intinya merupakan gerakan dasar yang berasal dari gerakan pada olahraga atletik. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa atletik itu merupakan ibu dari semua cabang olahraga. Atletik juga merupakan sarana pendidikan jasmani bagi peserta didik dalam upaya meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya.
Pembelajaran Penjas, merupakan salah satu muatan pendidikan dalam segala jenjang tingkatan pendidikan. Selain untuk keseragaman materi pendidikan, juga merupakan salah satu metode pencapaian sasaran pendidikan atau berusaha mencapai suatu taraf prestasi tertentu. Hal ini ditandai dengan sering diadakannya kejuaraan atau pertandingan yang mengikutsertakan pelajar dan memperlombakan cabang-cabang olahraga yang di antaranya adalah atletik dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar.
Prestasi olahraga adalah puncak dari penampilan seorang olahragawan yang dicapai dalam suatu pertandingan. Setelah melalui berbagai macam latihan dan uji coba. Demikian pula para siswa yang telah belajar dan menekuni cabang olahraga atletik nomor lompat jauh, untuk memperoleh prestasi yang maksimal tidak terlepas dari usaha pembinaan. Pembinaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi. Pembinaan dapat dilakukan dengan cara berlatih secara bertahap dan sistematis sesuai dengan aturan yang tepat.
Cabang olahraga lompat jauh, membutuhkan suatu awalan yang dipengaruhi oleh kecepatan dan tolakan (power tungkai) yang maksimal untuk dapat menghasilkan jarak lompatan yang maksimal. Agar pembinaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka perlu diketahui beberapa faktor yang ikut berpengaruh dan menentukan keberhasilan seorang atlet khususnya dalam cabang olahraga atletik.
Salah satu unsur kondisi fisik yaitu latihan power atau daya ledak. Sedang latihan yang dapat meningkatkan explosif power (kekuatan daya ledak) antara lain adalah :
1) Melompat memantul jauh ke depan atas (bounds),
2) Loncat-loncat vertikal (hops),
3) Melompat (jump),
4) Lompat berjingkat (leaps),
 5) Langkah dekat (Skips).
Squat jump merupakan bagian dalam latihan daya ledak otot tungkai. Gerakan squat jump adalah gerakan meloncat ke atas dan turun kembali kebawah dengan kedua tungkai bersama-sama. Sedangkan gerakan latihan naik turun tangga juga metode yang punya manfaat yang serupa hanya tekanan dalam melompatnya tidak seperti latihan squat jump.
Berdasarkan hal tersebut penulis menduga latihan squat jump lebih baik daripada latihan naik turun tangga. Untuk meneliti perbedaan latihan squat jump dan latihan naik turun tangga terhadap hasil lompat jauh yang merupakan materi wajib pendidikan jasmani yang diajarkan di kelas VII dan VIII SMP sesuai dengan kurikulum 2006
Latihan lompat jauh dilakukan di rumput atau track. Sikap pertama adalah berdiri, kaki kiri di depan, kaki kanan di belakang, kedua lengan di samping badan. Gerakan yang dilakukan adalah mengayunkan tungkai kanan ke depan atas. Tungkai kiri mengikuti atau dirapatkan pada tungkai kanan. Kedua lengan diayunkan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua lutut ditekuk. Mendarat dengan kedua kaki rapat atau ujung kaki serta kedua lengan harus ke depan dalam sikap jongkok.
Lompatan yang dilakukan adalah bebas antara lompat dengan gaya jongkok ataupun melangkah di udara. Jadi lebih mudah dilakukan daripada harus dipatok harus melakukan salah satu gaya melompat. Terutama pada siswa putra, hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai kegiatan yang biasa mereka lakukan seperti lari, lompat dan melempar. Anak putra menunjukkan peningkatan yang terus menerus sedangkan pada anak wanita peningkatannya tidak berarti, bahkan menurun setelah masa menstruasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pencapaian prestasi lompat jauh dipengaruhi berbagai aspek dan faktor-faktor dalam latihan, antara lain adalah pada jenis latihan untuk meningkatkan kemampuan daya ledak (power) tungkainya. Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk meneliti “ Perbedaan hasil Latihan squat jump dan latihan naik turun tangga terhadap Kemampuan Lompat Jauh Pada Siswa Putra kelas VIII SMPN 4 Samarinda tahun ajaran 2010/2011”

1.2 Rumusan Masalah
Suatu penelitian tentu tidak akan jauh dari permasalahan dan permasalahan dalam penelitian ini adalah permasalahan yang perlu dianalisis dan dipecahkan. Setelah mengetahui dan memahami latar belakang masalah tersebut yaitu : latihan kekuatan otot tungkai dalam lompat jauh diperlukan karena untuk memperoleh tenaga lompat dari kaki tolak. Bentuk latihan untuk otot tungkai di antaranya adalah latihan squat jump dan naik turun tangga dalam cabang olahraga lompat jauh.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan squat jump dan naik turun tangga terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 4 Samarinda tahun ajaran 2010/2011
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh antara latihan squat jump dan naik turun tangga terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Samarinda tahun ajaran 2010/2011
2. Apabila ditemukan ada perbedaan pengaruh, maka akan dicari latihan mana yang lebih baik untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 4 Samarinda tahun ajaran 2010/2011

1.4 Penegasan Istilah
Dalam penegasan istilah ini akan diuraikan pembatasan yang ada di dalam judul skripsi agar menjadi jelas dan tidak menimbulkan salah penafsiran. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan.
Perbedaan berasal dari kata "beda“, yang dimaksud dengan beda adalah sesuatu yang menjadikan berlainan (tidak sama) antara suatu benda / hal dengan yang lain,
ketidak-samaan (Siti Juwariah.2005:63).
Perbedaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih atau beda antara latihan loncat naik turun bangku dan berjingkat terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.
2. Latihan.
Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan berulang-ulang secara kontinyu dengan meningkat jumlah beban, untuk tercapainya tujuan latihan. Latihan adalah pelajaran membiasakan atau memperoleh sesuatu kecakapan . Sementara menurut Suharno HP (Siti Juwariah.2005:63).,
latihan adalah proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberikan beban fisik dan mental secara teratur terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Latihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses yang sistematik dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu untuk memperoleh suatu kecakapan melakukan lompat jauh.
3. Squat jump .
Pengertian Squat jump adalah semacam bentuk olahraga dengan cara dua tangan dikaitkan di belakang kepala, kemudian meloncat jongkok berdiri. Squat jump sebenarnya dilakukan dalam konteks olahraga. (http://suzaridian.blogspot.com/2009/03/hukuman-bagi-atlet-pingpong-dadakan-di.html).
4. Naik turun tangga.
Naik turun tangga adalah Aktivitas naik turun tangga stadion yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tungkai kaki.
5. Lompat jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik di mana seorang atlet lompat jauh melakukan lari dalam jarak tertentu sebagai awalan dan ketika sampai di balok tumpu ia harus menolakkan kaki melompat ke depan dengan sekuat-kuatnya untuk mendarat dan mencapai lompatan sejauh-jauhnya di dalam bak pasir (Siti Juwariah.2005:63).
Lompat jauh dapat diartikan sebagai suatu rangkaian gerakan yang diawali dengan lari dan kemudian melompat ke depan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumbangan bagi guru pendidikan Jasmani dan Kesehatan dalam memilih dan menerapkan bentuk latihan lompat jauh yang efektif untuk mencapai keberhasilan dalam mengajar lompat jauh.
2. Sebagai bahan pembanding terhadap faktor-faktor lain yang ada kaitannya dengan peningkatan hasil lompat jauh.
3. Memberikan tambahan pengetahuan bagi pengembangan ilmu untuk membantu guru pendidikan jasmani maupun pelatih olahraga untuk menerapkan bentuk latihan yang efektif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Atletik
Olahraga merupakan berbagai macam kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani pada setiap orang. Lebih luas lagi olahraga dianggap sebagai salah satu alat dalam usaha meningkatkan kesanggupan bangsa guna menanggulangi kewajibannya yang semakin lama semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman.
Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting sehingga olahraga menjadi suatu tuntutan untuk maju bisa ke depan.
Tujuan seseorang dalam melakukan olahraga adalah sebagai berikut :
(1) untuk rekreasi, yaitu olahraga hanya untuk mengisi waktu senggang, dilakukan dengan penuh kegembiraan;
(2) Tujuan pendidikan yaitu kegiatan formal, tujuan mencapai sasaran pendidikan melalui kurikulum tertentu;
(3) Tingkat kesegaran jasmani tertentu;
(4) Sasaran suatu prestasi tertentu.
Nomor olahraga atletik adalah induk dari semua cabang olahraga dan yang paling tua. Dalam nomor atletik terdapat bermacam latihan fisik yang lengkap dan menyeluruh. Latihan fisik tersebut diharapkan akan memberikan kepuasan karena dengan melakukan berbagai kegiatan dalam olahraga atletik maka dorongan naluri seseorang untuk bergerak dapat terpenuhi.
Atletik memegang peranan penting dalam pendidikan dan pengembangan kondisi fisik individu pelaku olahraga. Atletik juga menjadi dasar pokok untuk pengembangan dan peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lainnya.
Sesuai dengan beberapa tujuan dalam melakukan olahraga tersebut di atas, maka di sekolah mempunyai seperangkat kurikulum yang menjabarkan kegiatan olahraga pendidikan jasmani.
Di dalam Kurikulum SD pengertian pendidikan jasmani dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang proses pembelajarannya mengutamakan aktifitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi seimbang. Salah satu cabang olahraga nomor atletik yang juga menjadi muatan materi pendidikan di sekolah adalah nomor lompat jauh, terutama dalam materi pembelajaran Penjas di sekolah dasar (GBPP Penjaskes SD).
Kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan untuk SD meliputi kegiatan pokok dan kegiatan pilihan. Kegiatan pokok terdiri atas atletik, senam, permainan dan pendidikan kesehatan.  Sedang kegiatan pilihan disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat, seperti renang, pencak silat, bulu tangkis, tenis meja dan sepak bola. Kegiatan dalam atletik yang termasuk dalam materi kurikulum adalah nomor lompat jauh.
2.2 Lompat Jauh
Nomor olahraga dalam cabang atletik secara garis besar dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu : (1) Nomor jalan ; (2) Nomor lari; (3) Nomor lompat; dan (4) Nomor lempar. Sedangkan nomor lompat sendiri terdiri dari lompat jauh, lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat galah. Sementara lompat jauh dalam pelaksanaannya mempunyai tiga gaya yaitu :
(1)   Gaya Jongkok (Tuck Style);
(2)   Gaya Menggantung (Hang Style) ;
(3)   Gaya Berjalan di Udara (Walking in the Air).
Olahraga lompat jauh sebagai salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik, maka seorang atlet akan dituntut untuk melakukan gerakan melompat atau maju ke depan melalui tumpuan pada balok tolakan dengan sekuat-kuatnya untuk mendarat sejauh mungkin dalam bak pasir. Bentuk gerakan lompat jauh adalah gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara .
Unsur utama dari olahraga lompat jauh adalah terdiri dari gerakan lari dengan awalan, gerakan bertolak, gerakan melayang di udara dan berakhir dengan gerakan mendarat. Masing-masing unsur gerakan tersebut memiliki gaya tersendiri dan memberikan sumbangan terhadap hasil lompatan yang berupa jarak. Keempat gerakan tersebut harus dilakukan dalam rangkaian yang tidak terputus-putus.
Hasil lompat jauh dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tolak dan koordinasi gerakan serta waktu pendaratan. Melompat dalam lompat jauh sebenarnya adalah perwujudan dari gabungan gerakan lari dan menolak. Jadi hasil lompatan akan besar jika larinya cepat dan tolakan yang dibuat pada balok tumpuan dilakukan dengan kuat. Oleh karena itu untuk dapat mencapai hasil lompatan yang baik, maka seorang atlet lompat jauh dituntut untuk melakukan suatu gerakan lari awalan dengan cepat dan langkah yang benar agar dapat bertolak dengan kuat pada balok tolakan.
Untuk dapat memberikan dan menentukan suatu latihan fisik yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan pada lompat jauh, perlu diketahui komponen – komponen yang dapat memberikan sumbangan positif pada peningkatan hasil lompatan. Untuk itu perlu diketahui bagian-bagian otot pendukung dan pertimbangan secara antrometik.
Tujuan latihan kondisi fisik adalah untuk meningkatkan kualitas fungsional peralatan tubuh sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan untuk mencapai optimalisasi gerakan dan hasilnya dalam cabang olahraga tertentu.
2.3 Komponen-komponen Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan gerakan gabungan dari awalan, tolakan, waktu melayang dan mendarat. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara kontinyu dan antara satu dengan yang lainnya saling menunjang sehingga penguasaan terhadap masing-masing gerakan menjadi sangat penting. Komponen-komponen lompat jauh secara garis besar adalah sebagai berikut :
2.3.1 Awalan
Awalan atau ancang-ancang adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasanya digunakan oleh para atlet lompat jauh adalah :
a. Atlet putri antara 30 – 45 meter
b. Atlet putra antara 40 – 50 meter
Sedangkan untuk pelaksanaan pengajaran di sekolah dasar disesuaikan dengan kemampuan anak-anak usia sekolah dasar misalkan untuk putri jarak awalan 15 -20 meter dan untuk putra jarak awalan 15 – 25 meter.
2.3.2 Tolakan
Tolakan adalah perubahan dan perpindahan gerak dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Di mana sebelumnya atlet lompat jauh sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas dan melambung di udara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melakukan tolakan adalah merubah kecepatan horisontal ke kecepatan vertikal.
2.3.3 Sikap badan di udara
Badan harus diusahakan untuk dapat melayang selama mungkin pada saat di udara dan berada dalam keadaan seimbang. Sangat penting untuk meluruskan kaki tumpu secepat-cepatnya untuk memperoleh ketinggian, sehingga dapat melayang lebih tinggi. Pada waktu naik, badan harus ditahan dalam keadaan rileks kemudian melakukan gerakan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan yang memungkinkan pendaratan yang lebih sempurna. Gerakan sikap tubuh inilah yang disebut sebagai gaya dalam lompat jauh.
2.3.4 Pendaratan
Pada waktu akan mendarat, kedua kaki di bawa ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan kemudian mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper dengan lutut dibengkok, supaya badan tidak terlalu jauh ke belakang, kepala ditundukkan dan kedua tangan lurus ke depan.
Komponen-komponen lompat jauh di atas sangat mempengaruhi hasil lompatan yang dilakukan atlet. Keseluruhan gerakan lompat jauh mulai dari awalan sampai pendaratan membutuhkan koordinasi yang baik.
Untuk dapat memperoleh prestasi dalam olahraga lompat jauh maka seorang atlet lompat jauh harus mempunyai 3 kualitas yaitu sebagai berikut :
1.      Harus mampu mengembangkan kecepatan yang besar saat tinggal landas.
2.      Harus mampu menggunakan ekstensi lutut dan posisi tungkai sebelum melakukan kegiatan melompat.
3.      Harus mampu mengembangkan dan menjaga ketinggian selama mungkin di udara dengan sudut kurang dari 45o. Bahwa dalam lompat jauh perlu diperhatikan dan dipertimbangkan serta dianalisis faktor awalan lari, daya ledak (take off) dan mendarat di samping itu perlu juga seorang pelompat jauh memiliki tungkai yang panjang, keseimbangan tubuh yang baik dan lama di udara adalah sangat penting.
2.5 Faktor Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Kemampuan Lompat Jauh
Dalam melakukan suatu latihan harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau memberikan peran bagi tercapainya prestasi yang maksimal dalam cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh. Pada lompat jauh faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pencapaian hasil lompat jauh antara lain adalah komponen kondisi fisik yang berupa kecepatan, kekuatan daya ledak dan jenis kelamin.
2.5.1 Kecepatan
Kecepatan menurut Suharno HP adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Sajoto dikatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan keseimbangan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Kecepatan di sini adalah kecepatan lari dalam awalan lompat jauh gaya jongkok yang ditentukan oleh urutan gerakan lari dan langkah yang dilakukan secara tepat dan cepat.
Secara cepat dimaksudkan untuk memberikan tenaga pada saat melakukan tolakan, sedangkan secara tepat dimaksudkan pada waktu melakukan lari awalan pada titik terakhir kaki yang tepat dengan posisi yang tepat berpijak pada papan tolakan / tumpuan.
2.5.2 Kekuatan
Kekuatan merupakan salah satu faktor penting dalam lompat jauh, karena merupakan unsur yang penting maka kekuatan perlu mendapat perhatian terutama dalam melaksanakan program latihan. Latihan kekuatan mendapatkan porsi yang lebih banyak dalam suatu latihan dibandingkan dengan porsi latihan lainnya. Kekuatan juga merupakan dasar yang paling penting dalam melatih keterampilan gerak. Komponen kondisi fisik seseorang dalam kaitannya dengan kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja.
Kekuatan merupakan kemampuan otot dalam menahan beban kerja dalam waktu tertentu secara maksimal. Kekuatan merupakan kemampuan otot dalam menahan beban kerja dalam waktu tertentu secara maksimal (Muhajir 2007:58).   Unsur kekuatan dalam lompat jauh sangatlah penting untuk mendapatkan hasil tolakan yang kuat dan benar sehingga dapat pula melakukan tolakan yang kuat dan mencapai hasil lompatan yang jauh.
2.5.3 Daya Ledak
Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Muhajir 2007:70). Daya ledak yaitu kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Muhajir 2007:70). Untuk mendapatkan tolakan yang kuat dan kecepatan yang tinggi seseorang harus memiliki daya ledak yang besar. Jadi daya ledak otot tangan sebagai tenaga pendorong lemparan pada saat melakukan tolakan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi lemparan cakram ini antara lain : kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelincahan dan keterampilan. Pada penelitian ini akan dibahas faktor yang mempengaruhi lemparan cakram khususnya kekuatan dan kecepatan, karena dua hal inilah yang merupakan unsur utama dari power.
Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan ketegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan (Muhajir 2007:58).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah kemampuan otot untuk menerima atau mengatasi suatu beban sewaktu melakukan aktivitas. Sedangkan kecepatan adalah waktu yg digunakan untuk menempuh jarak tertentu (kamus besar bahasa Indonesia tahun 2003). Kecepatan disini bisa diartikan kemampuan siswa untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dari pendapat tadi maka dapat di simpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan yang ditandai dengan perubahan antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi maksimal yang berlaku untuk keseluruhan dan sebagian.
Power adalah daya. Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak (kamus besar bahasa Indonesia tahun 2003).  Daya juga merupakan kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya.
2.5.4 Jenis Kelamin
Pada akhir masa puber anak dengan jenis kelamin laki-laki mulai mempunyai ukuran otot yang lebih besar dibandingkan anak dengan jenis kelamin wanita. Selain itu pada anak laki-laki, otot-otot yang dimilikinya terutama pada otot-otot gerak di bagian kaki mempunyai tingkat perkembangan yang lebih baik dibandingkan dengan otot yang dimiliki oleh anak perempuan.
Oleh karena itu dengan latihan-latihan kekuatan yang diberikan secara intensif akan memberikan keuntungan bagi anak laki-laki khususnya pada pencapaian prestasi melalui kegiatan olahraga.
2.6 Latihan dan Prinsip-Prinsip Latihan
2.6.1 Pengertian Latihan
Latihan berasal dari kata ²Latih“ yang berarti : belajar membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu, sedangkan latihan berarti hasil dari latih (Depdikbud, 1995 : 569). Latihan merupakan proses sistematis menggunakan gerakan bertujuan meningkatkan atau mempertahankan kualitas fungsi tubuh yang meliputi kualitas daya tahan paru-jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh (Joko pekik Irianto. 2004:12).
latihan adalah proses mempersiapkan organism atlet secara sistematis untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberikan beban fisik dan mental secara teratur terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Latihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses yang sistematik dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dan kontinyu untuk memperoleh suatu kecakapan melakukan lompat jauh.
Latihan dilaksanakan oleh atlet bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, ketepatan, membentuk daya tahan, dan menambah kelincahan serta ketrampilan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan secara fisik maupun teknik dilakukan suatu latihan yang didasarkan pada beberapa prinsip latihan.
2.6.2 Prinsip-prinsip Latihan
a. Prinsip Penambahan Beban Bertambah (Overload)
Prinsip latihan yang paling dasar adalah prinsip overload, oleh karena tanpa penerapan prinsip tersebut tidak mungkin berprestasi atlit akan meningkat. Penerapan sistem overload apabila atlit sudah merasa ringan dengan beban yang diberikan maka beban latihan ditingkatkan. Dengan latihan beban bertambah penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan otot.
b. Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus
Otot yang menerima beban latihan berlebih kekuatannya akan bertambah. Apabila kekuatan bertambah maka program latihan berikutnya bila tidak ada penambahan beban maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Penambahan beban ini dilakukan sedikit demi sedikit pada set atau jumlah repetisi tertentu, otot belum merasa lelah. Penambahan demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara progresif.
c. Prinsip Pengaturan suatu Latihan
Latihan berbeban hendaknya datur sedemikian rupa sehingga kelompok otot-otot dulu yang dilatih sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dahulu.
d. Prinsip Kekhususan Program Latihan
Program latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Namun perlu memperhatikan pula gerak yang dihasilkan, oleh karena itu latihan berbeban hendaknya dikaitkan dengan latihan peningkatan keterampilan motorik khusus. Dengan kata lain latihan beban menuju peningkatan kekuatan hendaknya diprogram yang menuju nomor-nomor cabang olahraga yang bersangkutan. Seperti diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompatan jauh perlu adanya bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut dapat dilakukan baik dengan menggunakan alat maupun tanpa alat. Menggunakan alat dalam hal ini adalah latihan lompat dengan naik turun dan latihan lompat jangkit.
Selain keempat prinsip tersebut yang cukup mendasar untuk program latihan, program latihan dapat diatur dan dikendalikan dengan cara memvariasikan beban latihan seperti volume, intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit program latihan harian.
Frekuensi dapat juga diartikan beberapa kali latihan per-hari atau berapa hari latihan per minggu. Frekuensi latihan yang diberikan dalam penelitian ini adalah tiga kali perminggu selama enam minggu, sehingga tidak terjadi kelelahan dengan lama latihan enam minggu.
2.7 Kekhususan Program Latihan
Program latihan dengan beban yang dilakukan hendaknya bersifat khusus sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan. Salah satu bentuk latihan untuk menambah daya ledak otot tungkai dengan alat terutama dalam meningkatkan hasil lompatan yaitu loncat naik turun bangku dan berjingkat.
a.       Squat jump
Squat jump adalah salah satu gerakan yang dapat membakar kalori dengan cepat serta membentuk tubuh. Caranya pun mudah. Hampir semua orang pasti sudah tahu cara squat jump.
Cara melakukannya adalah sebagai berikut :
1.      Untuk melakukan gerakan yang juga dikenal dengan lompat kodok itu, pastikan kedua kaki terbuka lebar. Jarak telapak kaki satu dan yang lain kira-kira 20-30 cm.
2.      Mulailah melompat dari posisi jongkok. Gunakan kedua kaki sebagai tumpuan. Lalu hentakkan kuat-kuat.
3.      Saat mendarat, mendaratlah dengan kaki ditekuk. Buat gerakan bouncing seperti per.
4.      Yang harus diingat gunakan seluruh telapak kaki untuk tumpuan. Jangan gunakan ibu jari saja, karena bisa berakibat cedera pada kaki atau punggung Anda.
b.      Loncat Naik Turun tangga
Loncat naik turun tangga tumpuan dua kaki adalah bentuk latihan plyometrics dengan menggunakan dua tungkai secara bersamaan. Untuk melakukan gerakan tersebut diawali dengan posisi berdiri menghadap ketangga, sedikit menekuk sendi lutut kurang lebih 135, kedua lengan berada di samping badan dengan kedua sendi siku ditekuk 90 derajat dari awalan Kemudian dilanjutkan dengan menolak dan kedua kaki secara bersamaan melompat ke atas tangga dan kemudian berlari naik terus keatas.
Kedua bentuk latihan di atas bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan tenaga lompat, yaitu unsur daya ledak dan kekuatan otot tungkai seperti yang dikemukakan oleh Suharno HP (1986 : 28), bahwa latihan-latihan otot mempunyai pengaruh terhadap hasil yang dicapai pada kemampuan jarak seperti dalam pengembangan daya lompat di kaki dan juga terhadap fleksibilitas pada otot dan persendian.
2. 8 Pelaksanaan Program Latihan
Program latihan squat jump dan naik turun tangga 18 kali pertemuan (6 minggu) yang setiap minggunya dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Pada minggu pertama 3 set dengan 8 repetisi, minggu kedua 3 set dengan 10 repetisi dan minggu ketiga 3 set dengan 12 repetisi.
Sementara pada minggu kelima dilakukan 3 set dengan 14 repetisi dan minggu keenam dilakukan latihan dengan 3 set dan 16 repetisi. Pertemuan terakhir dilakukan untuk pengambilan data hasil lompat jauh.

2.8.1 Tinjauan Sudut Pandang Biomekanika
Biomekanika yang terjadi dalam lompat jauh merupakan gerakan yang dilakukan dalam kondisi yang setimbang. Artinya atlet telah mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sehingga pada saat melompat berada dalam keadaan yang setimbang dan kemudian menjadi tidak setimbang pada saat melayang di udara. Berdasar biomekanika dapat diketahui titik berat badan pada saat melakukan gerakan lompat jauh.
Selain itu pengaruh dari kecepatan dan dorongan pada saat melakukan awalan memberikan gaya yang menyebabkan atlet berubah kecepatannya dan pada titik tolaknya mengubah arah gerakannya dari horisontal menjadi vertikal sebesar 450. dengan melakukan latihan squat jump dan naik turun tangga maka akan melatih kemampuan atlet dalam mencapai ketinggian yang tetap dan membantu dalam mengubah arah gerakan dari horisontal ke vertikal. Secara biomekanika squat jump dan Naik turun tangga Ketinggian _ 40 cm Ketinggian tidak tentu, Daya Ledak, Vertikal, Horisontal suatu benda akan memperoleh jarak terjauh yang ditempuh jika dilakukan dalam gerak vertikal dengan sudut elevasi 45 derajat, dengan syarat bahwa gerakan yang dilakukan pada satu bidang datar yang letak titik tolakannya mempunyai ketinggian sama dengan ketinggian tempat mendarat.
2.8.2. Tinjauan Sudut Pandang Kinesiologi
Kinesiologi gerak yang dilakukan dalam lompat jauh dengan awalan dimulai dengan adanya kecepatan yang diperoleh melalui lari awalan dan dalam kecepatan maju yang penuh pelompat harus mengarahkan gerak maju dari horisontal ke vertikal dengan pengambilan sudut terbaik yaitu 450. Secara kinesiologi seorang atet lompat jauh harus dapat melakukan gerakan sedikit membungkuk dan sedikit mengurangi kecepatan pada waktu akan melompat.
Pada saat menolak balok tumpuan, telapak kaki depan ada di depan titik berat badan dan dengan dibantu oleh ayunan lengan ke atas kaki yang melangkah setinggi mungkin sehingga prinsip memindahkan momentum dari sebagian ke keseluruhan dapat terpenuhi. Ayunan kaki ke atas akan mengunci sendi panggul karena kerja ligamenta iliofemoral, oleh karena itu lutut kaki tumpu harus sedikit ditekuk.
Sesudah kaki tumpu meninggalkan balok tumpu, lutut ditekuk sehigga dapat dibawa ke depan dengan lebih cepat. Dengan suatu gaya tertentu kecepatan sudut berbanding terbalik dengan panjang jari-jari. Gerakan kaki kemudian menekuk dan pada saat akan mendarat diluruskan sejauh mungkin ke depan. Pada saat kaki akan mencapai tanah, lengan diayunkan ke arah bawah dan belakang. Gerakan ini dikoordinasikan dengan gerakan kaki untuk membantu jangkauan kaki ke depan.
Pada saat pelompat jauh menginjak pasir tempat pendaratan, lengan diayunkan ke depan, lutut ditekuk dan badan membungkuk ke depan. Gerakan tersebut akan membawa titik berat badan jatuh di bawah garis melayang dan memberikan momentum pada badan serta dapat mencegah jatuh di belakang tumit yang dapat berakibat mengurangi jarak lompatan.
Dengan latihan naik turun bangku maka secara kinesiologi akan membantu atlet dalam mempersiapkan gerakan setelah melakukan awalan dan bersiap untuk menumpu di balok tumpu. Latihan naik turun bangku memberikan kemampuan untuk memperbaiki upaya pengubahan gaya horisontal ke vertical.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh objek penelitian (Suharsimi. 2006:130). Apabila seseorang akan meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Jika populasi penelitian kurang dari 100 maka akan lebih baik jika diteliti semua. Sedangkan jika populasi yang ada jumlahnya lebih dari 100 maka dapat diambil 10 – 15 % atau 20 – 25 % dari keseluruhan jumlah populasi.
Dengan pengertian tersebut di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa putra kelas VIII SMPN 4 Samarinda tahun ajaran 2010/2011. Jumlah dari populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 siswa. Alasan pengambilan populasi tersebut untuk diteliti adalah karena siswa-siswa tersebut memperoleh pelajaran yang sama tentang atletik dan khususnya lompat jauh. Maka populasi tersebut dianggap memenuhi persyaratan sebagai populasi.
3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi. 2006:130). Selanjutnya disebutkan bahwa apabila obyek yang diteliti jumlahnya kurang dari 100, maka seluruh jumlah populasi diambil sebagai responden atau sampel dalam penelitian (Suharsimi. 2006:130). Karena jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu para siswa putra kelas VIII yang jumlahnya kurang dari 100, maka keseluruhan anggota populasi yang ada dijadikan sebagai sampel penelitian agar dapat mewakili populasi secara keseluruhan.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling oleh karena seluruh anggota populasi menjadi sampel penelitian, maka penelitian ini merupakan jenis penelitian populasi.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian (Suharsimi. 2006:116). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
3.3.1 Variabel bebas
Variabel bebas yang dimaksud adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan squat jump dan latihan naik turun tangga.
3.3.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil lompat jauh.
3.4 Rancangan Penelitian
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini maka mempergunakan eksperimen yaitu dengan memberikan perlakuan pada siswa berupa kegiatan tes awal, treatment atau latihan-latihan dan tes akhir. Dengan kegiatan tersebut akan terlihat perbedaan dari pemberian kegiatan atau latihan yang berbeda pada kedua kelompok eksperimen.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan didasarkan pada pendapat bahwa metode eksperimen merupakan salah satu metode yang paling tepat untuk menyelidiki sebab akibat (Suharsimi. 2006:130).
Metode eksperimen merupakan salah satu cara untuk mencari hubungan sebab akibat atau hubungan dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi atau menyisihkan faktor lain yang dapat mengganggu (Suharsimi. 2006:130).
Memperhatikan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dasar menggunakan metode eksperimen adalah kegiatan percobaan yang meliputi tes awal dan tes akhir yaitu lompat jauh untuk menguji kebenarannya.
Metode eksperimen dalam penelitian ini mempergunakan pola Matching by Subject Design yang sering disebut Pola M – S.
Masing-masing kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II secara otomatis akan menseimbangkan kedua grup tersebut. Adapun  pairing subject yang setingkat atau seimbang dijalankan berdasarkan pengukuran preeksperimen atau atas dasar penelitian pendahuluan.
Tiap-tiap eksperimen akhirnya membandingkan sedikitnya dua kelompok dalam segi-segi yang dieksperimenkan. Pendeknya dalam mencari perbedaan antara sifat / keadaan atau tingkat laku dua kelompok atau lebih menjadi kegiatan utama dalam kebanyakan penelitian ilmiah.
Penelitian yang dilakukan dengan membagi dua kelompok berdasarkan ordinal pairing yang didapat dari hasil pre eksperimen test atau tes awal, yaitu lompat jauh. Hasil tes tersebut dipasangkan / diseimbang dengan Pola A – B - B – A dan setiap pasang dipisahkan menjadi dua kelompok. Dari kedua kelompok tersebut diundi untuk menjadi kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II sehingga masing-masing kelompok berangkat dari titik tolak yang sama. Untuk lebih jelas maka rancangan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Instrumen Tes
Untuk memperoleh data yang sesuai, penulis menggunakan instrumen tes. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan siswa melakukan lompat jauh. Tes yang dilakukan adalah tes awal yang dilaksanakan sebelum siswa mendapatkan perlakuan berupa latihan squat jump dan latihan naik turun tangga, dan tes akhir yaitu setelah siswa mendapatkan latihan.
Instrumen  tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lompat jauh dengan tujuan mengukur kemampuan siswa dalam lompat jauh. Pelaksanaan tes dengan mengambil awalan lari, kemudian siswa melakukan gerakan lari secepat-cepatnya sampai ke papan tolakan dan melompat ke bak pasir untuk mencapai jarak sejauh mungkin. Ketentuan pelaksanaan tes adalah sebagai berikut :
1) Tiap peserta diberi kesempatan melompat sebanyak 3 kali.
2) Urutan lompatan sesuai dengan nomor urut pada buku absen
3) Hasil dari ketiga lompatan diukur dan dicatat secara lengkap.
4) Kemampuan yang diambil adalah hasil lompatan terjauh.
3.5.2 Program Latihan
Program latihan squat jump dan naik turun bangku dilakukan dalam 18 kali pertemuan (6 minggu) dengan 3 kali pertemuan setiap minggu. Pada minggu pertama 3 set dengan 8 repetisi, minggu kedua 3 set dengan 10 repetisi dan minggu ketiga 3 set dengan 12 repetisi. Sementara pada minggu kelima dilakukan 3 set dengan 14 repetisi dan minggu keenam dilakukan latihan dengan 3 set dan 16 repetisi. Pertemuan terakhir dilakukan untuk pengambilan data hasil lompat jauh.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian prosedur pengumpulan data adalah tahap penting karena akan berhubungan dengan data yang diperoleh selama penelitian. Langkah yang dilakukan dalam prosedur pengumpulan data adalah tahapan dalam suatu penelitian untuk mencari dan mengumpulkan data.
Sebelum penelitian dimulai, peneliti mencari obyek penelitian, dan kemudian setelah mendapatkan obyek penelitian maka peneliti mengajukan surat permohonan untuk mengadakan penelitian di lokasi penelitian kepada sekolah yang menjadi tempat penelitian.  Setelah mendapatkan persetujuan maka peneliti mengawali dengan menentukan populasi dan memilih sampel dengan teknik total sampel.
3.6.1 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak awal pengajuan tema penelitian sampai dengan hasil penelitian diujikan.
3.6.2 Tempat penelitian
Tempat penelitian adalah di SMPN 4 Samarinda.
3.6.3 Obyek Penelitian
Siswa putra kelas VIII SMPN 4 Samarinda Tahun Pelajaran 2010 / 2011 sebanyak 40 siswa
3.6.4 Persiapan alat dan perlengkapan
Persiapan yang dilakukan adalah mempersiapkan prasarana yang berupa bak pasir, rol meter, cangkul, bendera kecil, lapangan, daftar sampel, panduan program latihan, alat tulis, peluit dan blangko tes.
3.6.5 Tenaga Pelaksana
Untuk kelancaran penelitian, dibantu dengan tenaga pembantu yang akan membantu . dalam pencatatan hasil, pengukuran dan mempersiapkan sarana dan prasarana. Adapun tenaga yang membantu adalah guru pendidikan jasmani di sekolah yang bersangkutan, dan siswa-siswa yang menjadi responden.
3.6.6 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga tahapan yaitu pelaksanaan tes awal yaitu lompat jauh gaya jongkok, pemberian perlakuan atau latihan yaitu loncat naik turun bangku dan berjingkat dan pelaksanan tes akhir berupa lompat jauh.
3.7 Analisis Data
Dalam suatu penelitian ilmiah, analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting, data yang diperoleh adalah hasil dari tes kemampuan lompat jauh, dalam hal ini yang diukur adalah jauhnya lompatan, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis dengan teknik statistik.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian harus lengkap dan disiapkan dengan cermat sebelum pelaksanaan latihan dengan tujuan agar kelancaran pelaksanaan latihan dapat tercapai.
3.7.1 Faktor Cuaca
Pelaksanaan latihan dilakukan pada waktu sore hari yaitu dari pukul 14.00 WIB sampai pukul 15.30 dengan pertimbangan bahwa jika latihan dilakukan pada sore hari maka semua siswa dapat mengikuti latihan sehingga latihan dapat berjalan lancar dan mencapai sasaran yang diharapkan.
Untuk menganalisis data tersebut menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
M d = Mean dari perbedaan pre test dengan post test
Xd = deviasi masing-masing subjek (d-MD)
Σ X2d = Jumlah kuadrat deviasi.
N = Subjek dalam sampel (Suharsimi. 2006:306).
Dalam hal ini peneliti mengetes hipotesisnya dengan kurva satu ekor. Hasil ini akan diuji taraf signifikan 5 % atau taraf kepercayaan 95 % (Suharsimi. 2006:310). Dengan demikian hasil analisis yang dapat disimpulkan adalah antara dua hal dibawah ini :
1) Apabila t-hitung ≥ dari t-tabel, hipotesis nihil ditolak.
2) Apabila t-hitung < dari t-tabel, hipotesis nihil diterima.
3.7.2 Faktor Kehadiran
Antara tempat pelaksanaan penelitian dan rumah responden hanya berlingkup satu wilayah sehingga responden selalu hadir mengikuti latihan, meskipun demikian peneliti selalu menyiapkan daftar hadir.
3.7.3 Faktor Psikologi
Kehadiran peneliti pada waktu latihan membuat responden mempunyai rasa bersaing dalam melakukan kegiatan latihan. Responden selalu berusaha berlatih dengan sekuat tenaga dan menginginkan hasil lompatan sejauh mungkin apabila tes akhir nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.Jakarta:PT. Rineka Cipta
Irianto, Djoko pekik.2004.Bugar Dan Sehat Dengan Olahraga. Yogyakarta: penerbit Andi
Sumosardjuno, Sadoso.1990. Kesehatan Dalam Olahraga 2, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Sugiyono. 2002. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan untuk SMA kelas X. Bandung. Penerbit Erlangga
---------. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan untuk SMA kelas XI. Bandung. Penerbit Erlangga
Nana Sudjana, Awal Kusumah. 2004. Proposal Penelitian.Bandung: Sinar Baru Algensindo
Pandjaitan.1992. Dasar Teori Olahraga Dan Organisasi. Bandung:PT. Rosdakarya
Nazir .1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Juwairah,Siti.2005. Perbedaan Latihan Naik Turun Bangkudab Berjingkatterhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas V Dan Vi Sdngunungpati 03 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Pelajaran 2004 / 2005.Semarang:UNNES.
Pengertian lompat jauh.http://grandmall10.wordpress.com/2010/02/06/pengertian-lompat-jauh/. diakses pada tanggal 5 januari 2011
Lompat jauh . http://ms.wikipedia.org/wiki/Lompat_jauh. diakses pada tanggal 5 januari 2011
Lompat jauh. http://www.anneahira.com/atletik-lompat-jauh.htm. diakses pada tanggal 5 januari 2011