MENU

Jumat, 18 November 2011

Nama untuk anak.....


Kang Asmu menikah dengan wanita yang dicintainya. Sangat susah membedakan siapa yang beruntung apakah kang Asmu yang beruntung atau wanita itu yang beruntung menikah dengan kang Asmu.hehe. Agar wanita yang jadi istrinya kang Asmu itu selamat dari gosip mending dicerita ini saya kasih nama Dadar saja ya(singkatan dari Bidadarinya kang Asmu). Yang lebih penting adalah kisah seusai kang Asmu ini mendapatkan berita bahagia pada saat pernikahannya sudah berjalan 5 bulan yakni Dadar dinyatakan hamil sebulan. Kang Asmu sangat senang sekali mendengarnya dan disetiap pengajian selalu saja membahas bagaimana impiannya untuk memiliki keturunan yang soleh dan mendoakan ketika sudah meninggal dunia kelak. 
Mbak Dadar ini sangat cantik sekali, konon untuk menikahinya kang Asmu telah merencanakan sejak Mbak Dadar ini masih menginjak bangku sekolah menengah atas. Tapi disini kang Asmu tidak akan menjelaskan bagaimana dan siapa itu mbak Dadar karena lagi-lagi untuk menjaga privasi dia.
Malam itu usai sholat isya di langgar, kang Asmu mendapati mbak Dadar sedang duduk dikursi meja makan melihat-lihat majalah khusus pakaian bayi. Kang Asmu hanya tersenyum kecut melihat itu maklum lah dengan musim pancaroba kali ini memang hasil panen tidaklah banyak, dihatinya sedih karena ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya walau itu sebenarnya masih lama, di dekatinya mbak Dadar dan duduk disampingnya.
" Masih lama kok sudah liatin ginian sih?" 
mbak Dadar agak tersipu malu dan kemudian menyalami kang Asmu dengan mencium tangannya.
" Maaf albiy, ga tau jika sudah pulang..." bergegas mbak Dadar mempersiapkan minuman untuk suami tercintanya itu namun dicegah oleh kang Asmu.
" Duduk saja bidadariku, aku tadi sudah minum ditempatnya kang Tomo..".
Akhirnya keduanya itu terlibat perbincangan mesra ( di bagian ini disensor ya,hehe)
Disela-sela itu ada topik yang menggelitik sekali.
" Albiy, jika anak kita perempuan namanya siapa ya?" tanya mbak Dadar sambil bersandar didada kang Asmu yang saat itu tampak kewalahan.
" Kalo yang perempuan biar bidadariku saja yang nentukan, tapi tebakanku anak kita itu laki-laki.." kata kang Asmu.
" Trus kalo laki-laki sapa namanya?" sahut mbak Dadar.
Kang Asmu terdiam sejenak.
" Abu saja.."
" Kok Abu aja, lanjutannya apa?"
" Ya kita liat perkembangannya saja ..."
" Maksudnya albiy?"
" Jika anak kita menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua maka namanya Abu Bakkar, sahabat nabi yang jadi sohib plus mertua nabi.." 
" Jika anak kita besarnya menjadi orang yang menyenangkan, pelawak misalnya ?"
Kang Asmu berfikir dan kemudian tersenyum.
" Abu Nawas." 
" Tapi albiy, gimana ketika anak kita ditakdirkan menjadi anak yang jahat dan durhaka?" kata Mbak Dadar cemas.
" Yaaah apa boleh buat terpaksa namanya abu Jahal atau abu lahab.."
" Jangan sampai ya albiy karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (muslim muwahhid), namun kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani atau Majusi. Sebagaimana seekor hewan melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, adakah kamu dapati cacat padanya." kata mbak Dadar masih bersandar manja didada kang Asmu. 
" Eh kok tau?" tanya kang Asmu menggoda
" Ya kan albiy yang ceramahi aku," 
" Hehe iya, semoga kita di anugerahi anak yang soleh..."
" Oya albiy, gimana jika ternya kulit anak kita ikuti kulit albiy yang rada gelap ini...?" canda mbak Dadar sambil nyubit lengan kang Asmu.
" Abu gosok.." 
" huu albiy nih"
Mereka bercanda dan melangkah menuju kamar.. eitttt pembaca hanya boleh sampai sini ya,hehe
Tengah malamnya, kang Asmu dibangunkan oleh mbak Dadar untuk sholat tahajjud. Usai sholat kang Asmu bertanya pada istri tercintanya.
" Doa apa tadi ?"
" Doa agar anak kita jangan sampai menjadi abu Jahal.."
" Hehe...." kang Asmu mencium kening istrinya dan bersama-sama mereka mengucapkan Aminnnn..

Kamis, 17 November 2011

Jawa dan Islam



Pagi hari sekitar jam 8 Binti pergi belanja sayuran dipasar, sambil beli sayuran dia juga mendapatkan pesanan dari ibunya untuk beli kalender karena kalender yang dirumah robek. Nah pada saat membeli kalender itulah muncul kebingunan Binti tentang tanggalan jawa yang selalu ada disetiap kalender. Saat jalan pulangnya itu dia bertemu dengan Asmu yang kebetulan juga baru berbelanja bersama ibunya. Mereka janjian ketemu nanti siang. Binti memang hari itu mau berkunjung bersama Husnul kerumah  baca milik Asmu. 
Siang itu Binti memang kesana namun sendirian berbincang dengan Asmu di rumah baca miliknya Asmu untuk membahas masalah kalender tadi. Binti yang saat itu mengenakan jilbab warna cokelat memang terlihat anggun dan membuat asmu malu untuk berlama-lama memandangnya. Asmu sendiri adalah pemuda kampung yang bertampang super biasa dan tidak istimewa, buktinya disekolah dulu hanya sedikit yang yang mengaguminya,hehe malah curhat. Back to story..
“ kebudayaan jawa itu kok banyak yang menyamarkan islam ya?” binti mengawali bincang-bincang mereka.
Oya asmu dan binti tidak sendiri di rumah baca itu namun disekeliling mereka ada beberapa anak yang sedang belajar kelompok, karena ruangan luas mirip pendopo itu lumayan jadi asmu dan binti yang duduk lesehan di depan tidak mengganggu anak-anak SMP itu.
“ maksudnya piye??” asmu heran
“ ya aku perhatikan nama hari dan bulannya ada yang terkesan sama dan ada yang malah berbeda..”
Asmu tersenyum mendengarkan itu..
“ sebelum Binti banyak menyalahkan mending aku jelaskan dulu deh. Mau?”
Binti menggeleng tertawa..
“ mau mau mauuu…” ucapnya.
“ nama-nama hari dalam tahun jawa, diserap dari bahasa arab Cuma dengan ucapan lidah jawa. Dari arabnya adalah wakhid, isnain, tsalasa, arba’a, khamsa, jum’at, dan sabat mampir ke lidah orang jawa menjadi ahad, senen, seloso, rebo, kemis, jemuwah dan setu. " 
Binti merubah posisi duduknya dan kembali menyimak penjelasan Asmu. Asmu  kemudian menjelaskan.
" nah untuk nama-nama bulan juga menyerap kalender hijriah. ada beberapa bulan yang langsung dipake secara langsung tanpa dirubah dan beberapa lagi berubah total.." Asmu berfikir sejenak seperti berusaha mengingat. Binti menunggunya.
" bulan safar menjadi sapar, jumadil awwal jadi jumadilawal, jumadil akhir jadi jumadilakir, rajab jadi rejeb, syawwal menjadi sawal...itu yang tidak berubah namun menyesuaikan lidah jowo...seperti huruf 'ain tu kan banyak yang baca ngain..." Asmu berhenti.
" teruuuuusss???" Binti tidak sabar.
" kemudian ada bulan yang tidak secara langsung menyerap aslinya namun mengambil peristiwa penting dibulan tersebut,...dan ini ada 3 bulan yakni muharram  menjadi asyura atau suro karena dibulan tersebut pernah ada kejadian 10 asyura yakni peristiwa cucu nabi Hasan dan Husein." 
" itu kan baru satu, trus yang lainnya?"
" rabiul awwal menjadi mulud, karena peristiwa kelahiran nabi disebut maulud. nah supaya lebih gampang usai rabiul awwal jadi mulud maka rabiul akhir menjadi bakda mulud, gitu aja kok repot.." sambil meniru gaya Gusdur Asmu tertawa dan dibarengi Binti.
disaat mereka berdua mau melanjutkan cerita, Husnul datang. Setelah memarkir motornya disebelah motor Binti dia masuk kerumah baca.
" Assalamualaikumm..." sapanya dengan ceria.
Husnul juga merupakan sahabat akrab Asmu seperti Binti juga. mereka kerap berkumpul dulu ketika masih sekolah. Selain cantik, husnul juga termasuk wanita yang menyenangkan jika dipandang. 
" ayo ngobrolin aku ya??" ucapnya sambil bersalaman dengan Binti dan duduk disampingnya.
" ngga nih, lagi ngobrol saja..." kata Binti. ( kembali Binti menjelaskan ulang pembicaraannya dengan Asmu yang saat itu izin sebentar kedalam rumah dan tepat saat Binti selesai bercerita Asmu datang membawa 2 piring berisi singkong goreng yang masih panas untuk anak-anak yang belajar kelompok dan mereka bertiga).
" lanjut dunk ceritanya..!!" Binti dan Husnul bersamaan. 
Asmu memasukkan potongan singkong goreng kemulutnya dan mengunyahnya. hawa panas singkong itu membuat mulut Asmu mengeluarkan asap. 
" untuk bulan ramadhan itu karena pada bulan ini umat islam menjalankan ibadah saum/shiam. Nah karena bahasa Sansekerta dulu masih dipakai dan untuk membahasakan ibadah menahan diri itu disebut upawasa maka jadilah pasa menggantikan nama Ramadhan. pasa atau poso.." terang Asmu.
Husnul membetulkan letak jilbabnya dan bertanya..
" nah tu bulan sya'ban kok jadi ruwah..kenapa?" tanyanya.
" oh itu, itu diawali dengan kepercayaan masyarakat jawa yang banyak diwarnai oleh kepercayaan jawa kuno(animisme dan dinamisme) serta kebudayaan hindu dan budha. saat melakukan ibadah puasa yang terkesan perbuatan yang berat sehingga memerlukan kesiapan yang prima lahir dan batin. Dalam hal inilah orang jawa selalu membutuhkan bantuan kekuaran dari alam lain seperi restu dari orang tua yang meninggal atau nenek leluhurnya. itu sebabnya sat ramadhan mereka sebut ruwah yang berasal dari kata arwah. Jangan heran dibulan ruwah ini banyak orang-orang ramai berziarah dan menabur bunga. "

" o gitu to ceritane...." kata Binti mulai memahami.
" iya gitu tu ceritanya...ga ada yang menyeleweng kan...hanya penamaannya saja yang berbeda..." terang Asmu.
Husnul sepakat dengan Asmu.
" ada dua yang tertinggal yakni dzulqai'dah dan Dzulhijjah.." seru Binti.
" eh iya,,,Dzul Qa'idah menjadi selo/sela karena bulan ini terjepit antara dua hari raya. Sela kan artinya diantara atau di apitan. Oleh masyarakat jawa lebaran 1 syawwal ini hari raya yang biasa saja akan tetapi pada tanggal 10 Dzulhijjah dianggap bulan yang besar karena didalamnya berkorban hewan yang artinya makan besar-besaran. oleh karena itu Dzulhijjah dinamakan besar." 
penjelasan Asmu dimengerti oleh Binti dan Husnul.
Mereka kemudian menyantap singkong goreng itu sambil terus bercerita dan samar-samar terdengar suara Asmu menjelaskan kesimpulannya..
" jadi banyak tradisi yang sebenarnya tidak bertentangan dengan islam namun dipahami salah oleh sebagian orang. Muludan, Tasyakuran adalah salah satu hal yang positif."
Mereka berbincang hingga azan asar terdengar, Asmu meninggalkan Binti dan Husnul yang asyik berbincang untuk melakukan sholat.