MENU

Senin, 13 Februari 2012

Mencari Pelarian


Disudut serambi masjid yang megah itu Asmu melihat seorang wanita berwajah cantik berkulit putih dengan rambut terurai sedang termenung seorang diri. Sebenarnya Asmu tidak berniat untuk mendekatinya namun dia yakin jika wanita yang dilihatnya itu adalah wanita yang berkenalan dengannya beberapa bulan yang lalu.
lima menit dibutuhkan untuk mengawali pembicaraan dengan wanita itu yang ternyata bernama Nazwa itu untuk mengetahui sedang apa dia berada disini. Jarak antara tempat tinggalnya agak jauh jadi wajar Asmu bertanya.
Darinya Asmu mengetahui apa yang sedang terjadi. Nazwa menceritakan banyak hal kepadanya mulai dari pergaulannya yang agak bebas, gaya hidupnya yang penuh dengan kemewahan dan banyak hal lain yang tidak baik. Dia ingin berubah dan ingin mencari kedamaian dalam hidupnya, oleh karena itu dia menjadikan masjid sebagai tempatnya untuk menenangkan diri dan hatinya. 
mendengar itu Asmu memberi tahu bahwa tepat sekali pilihannya memilih masjid sebagai tempat menenangkan diri. Untuk menjadi baik itu memang membutuhkan tempat yang baik pula tempat yang penuh dengan banyak hal yang positif. bertaubat dengan mendatangi diskotik atau klub malam itu sangat ga tepat. Masjid, pengajian atau diskusi tentang kebaikan itulah yang mesti didatangi.
Setelah kita menemukan tempat atau lingkungan yang baik kemudian kita harus mempunyai teman yang baik pula. Jika kita ingin menjadi orang baik maka bertemanlah dengan orang baik pula. Seperti halnya jika kita berteman dengan tukang parfum maka ya minimal tercium harum juga kita. Yang pasti ketika ingin menjadi orang yang lebih baik maka bergaullah dengan lingkungan yang penuh dengan kebaikan. 
Nazwa beruntung menjadikan pelariannya adalah masjid ketika dapat masalah karena banyak lagi beberapa orang yang salah mencari tempat untuk mencari ketenangan.
Prinsipnya adalah suasana. Coba saja jika kita berada dilingkungan yang sejuk, cerah dan putih maka akan banyak hal positif yang akan kita fikirkan dan hasilkan. Apabila kita berada dilingkungan yang kotor, gelap dan hitam maka yang timbul adalah sebuah masalah baru malah terfikirkan tayangan "Uka uka' atau "Dunia lain", hehehe.


Lakukan saja jangan bicara saja


Sambil menyapu Ruang tamu Ibu Fat meyalakan Tv dan kebetulan acaranya adalah Ceramah dari Ust. Wijayanto. Kang Asmu yang sedang menulis di dalam kamarpun terpaksa mendengar ceramah itu karena volume Tv yang agak tinggi. Ibu Fat memang kini pendengarannya agak terganggu jadi untuk itu alasannya meninggikan volume Tvnya. 
Kang Asmu yang tidak konsentrasipun secara ga sadar terhipnotis oleh ceramah ust tadi dan yang tertulis dikertasnya adalah isi ceramah itu.
Sesuatu yang tidak pernah dilakukan tidak akan menghasilkan apapun. bagaimana orang biasa mengklaim bahwa dia telah menjadi sarjana tanpa pernah kuliah. Bagaimana anda bisa mendulang keuntungan, sedangkan berusaha saja tidak. Islam, agama yuang mulia ini , memerlukan umat-umat yang perlu digodok dan dikembangkan lebih lanjut adalah semangat untuk bertindak. Karena yang tahu, belum tentu mau. Kadang yang tahu, mampu tapi tidak mau. Ada yang mau tapi tidak mampu. Kalau orang tidak mau karena tidak tahu itu bukanlah masalah. Tapi kadang-kadang orang itu sebetulnya tahu bahwa beramal saleh itu baik dan mampu mengerjakannya tapi tidak mau.
Ketiga faktor ini perlu terus kita pacu agar kinerjanya terus meningkat. Jika ketiganya terus berkembang, irama kehidupan akan berjalan sangat dinamis. Tidak bertindak sama artinya dengan tidak mengubah apa-apa. Nol besar! Perubahan itu akan terjadi ketika kita melakukan tindakan. Memindahkan batang pohon yang tumbang dan menghalangi jalan itu tidak cukup dengan diam saja. Batang pohon itu bisa berpindah setelah kita sentuh, kita angkat dan kita pindahkan. 
Menyelesaikan masalah yang membelit negeri ini tidak cukup hanya dengan menggerutu, memaki-maki nasib, menyalahkan orang lain dan seterusnya. Semuanya perlu tindakan. Meski dengan upaya yang kecil, pekerjaan yang sangat besar sekalipun toh akan terselesaikan juga.
Treng!!!
Iklan menghentikan ceramah itu. Ibu Fat mengetuk pintu kamar kang Asmu.
" As, kita kepasar yuk. Bumbu-bumbu wes habis tuh. Kamu minggu ini ga ada acara kan?"
" Iya mak." Asmu meletakkan penanya dan bersiap mandi.
Loh....
Asmu menoleh keibunya.
" Ini kan ceramah barusan..?" Ibu Fat heran setelah melihat tulisannya.
" Hehehe ngantuk mak, jadi ngelantur sambil mendengar ceramah eh merambat ketangan.."
" Ga kreatif nih.." Canda ibu Fat.
" Yang penting ini kan demi dakwah mak..." Asmu langsung ngacir ke kamar mandi.

Motivasi dari Zali


Malam itu Kang Asmu berjalan berdampingan dengan Hamid Al Ghazali menuju kesebuah undangan dari Ibn Rusyd. Kang Asmu tau jika Zali (Panggilan Al Ghazali) kemarin berdebat masalah filsafat dengan Ibn Rusyd jadi dia tidak banyak berbicara, takut Zali tersinggung. 
" As, kok diam saja dari tadi?" Tanya Zali pelan namun terdengar jelas.
" Ah Ga papa kok, hanya menikmati pemandangan perjalanan saja.." Jawab Asmu pelan.
" Tidak ada hal yang mau kamu tanyakan kah? Besok aku pulang lo jadi mumpung ketemu kita saling berbagi..." 
Kang Asmu yang sejatinya ingin bertanya banyak hal langsung berbinar.
" Zal, aku sekarang butuh motivasi nih...Agar tetap berada dijalan kebaikan terus ..."
" Yakin saja As, Keyakinan kepada Alloh SWT itu akan menjadikanmu tetap dijalan kebaikan terus. Seperti Bilal sahabat nabi itu yang menjadi contoh bagaimana bermakrifat itu. mempertahankan akidah walau apapun yang terjadi. Sekarang ini, di zaman ini banyak hal yang membuat akidah manusia diberi cobaan yang berat dengan berbagai kesibukan duniawi, dan lainnya.." kata Zali dengan ucapan yang jelas dan jernih.
" Makrifat itu kepercayaan As.." lanjutnya.
" Seperti apa contohnya Zal?"
" Syahadat As, kepercayaan kepada Tuhan dan Rasulnya itu yang bisa di ibaratkan sebuah cek nilainya bisa melebihi apapun jika diisi dengan nilai yang diinginkan.." 
" Terus apalagi zal?"
" Ihsan, jika pegawai saja akan giat bekerja apabila diawasi oleh atasannya. Maka harusnya manusia jika harus giat melakukan kebaikan karena seluruh alam ini dalam pengawasan Alloh SWT termasuk manusia. Ibadah kita harusnya lebih giat karena disaksikan oleh Alloh. Motivasi kita kan memang Alloh bukan kepada yang lain.." kata Zali sambil berjalan terus berdampingan. Rumah Ibn Rusyd sudah dekat terlihat terang benderang.
Beberapa saat kemudian didepan rumah tampak pemuda tampan menyambut mereka berdua. Mereka kemudian bersalaman dan berangkulan dengan penuh keakraban.
Kang Asmu yang semula ingin mendengarkan penjelasan dari Zali ternyata ikut larut dalam acara itu. Kebetulan saat itu Ibn Rusyd memang sedang mengadakan acara akikah anaknya sehingga malam itu menu makannya adalah sate kambing yang nikmat..

Pelajaran Dari Pohon


Kang Asmu merubah posisinya dari duduk tasyahud menjadi bersila dihadapan geng percil. 
" Qur'an itu ditujukan untuk orang yang hidup. Manusia yang sudah meninggal tidak lagi diberi kewajiban perintah ur'an. Karena orang yang meninggal itu tidak bisa bergerak. Bagaimana dia bisa sholat, puasa, berhaji dan lainnya. Oleh karena itu orang yang hidup itu diperintahkan untuk bergerak, bertindak, dan beramal oleh Al Qur'an.." Kata kang Asmu saat itu.
" Tidak hanya manusia, semua mahkluk hidup itu pasti bergerak. " lanjutnya.
" contohnya kang?" Dian mengacungkan jarinya.
" Pohon. Meskipun terlihat diam, mereka sebenarnya bergerak. Tumbuh dari biji yang kecil kemudian membesar dan menjadi pohon yang menjulang tinggi. Tiap hari mereka bekerja dan beramal.." jawab kang Asmu.
" Apa kerjanya dan apa pula amalnya kang?"
" Tiap malam mereka menyerap karbon dioksida dan kemudian menyebarkan oksigen. Akarnya menguatkan tanah, menyerap air,daunya bisa dimasak atau dijadikan obat, bentuknya atau kulitnya bisa menjadi hiasan yang menyenangkan. Pokoknya pohon itu banyak kerjanya banyak pula amalnya." jelas Kang Asmu.
" Terus kang?" Ayub penasaran.
" Nah pelajaran yang harus kalian ambil adalah pohon saja yang terlihat diam ditempat saja bisa bekerja dan memberikan manfaat kepada makhluk lain termasuk kita. Lha terus kita yang bisa bergerak kemana-mana ini harus lebih bermanfaat lagi. Barangkali ibadahnya pohon adalah itu. Tidak malu kah kita jika ternyata lebih rendah nilai diri kita dengan sebatang pohon.???" 
" Jadi kita harus bagaimana kang?"
Kang Asmu tersenyum.
" Islam mengajarkan untuk bergerak. sesudah kita bersyahadat maka selanjutnya adalah bergerak seperti sholat, zakat, puasa dan zakat semuanya bergerak. "
Vira keponakan kang Asmu mengacungkan jarinya dan berdiri.
" Om ori, gimana kalo vira bergoyang gini? Apakah itu beribadah???" sambil dia melenggak lenggokkan badannya. Tentu saja semua tertawa.
" yeee salah tu vir..." Sheva langsung berdiri juga dan melakukan gerakan sholat.
" Itu lho gerakannya..." Katanya.