MENU

Selasa, 18 Oktober 2011

Memahami Makna Taubat


Tulisan ini saya awali dengan terjemahan sebuah ayat suci Al Qur'an.
Allah SWT berfirman : “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih” (QS.15 Al Hijr 49-50).
Ada dua pengertian yang paradox bisa kita tangkap dari ayat tersebut, yaitu : 
Pertama, siksa dan azab Allah SWT sangat pedih. 
Kedua, Allah SWT sangat Pengasih dan Penyayang lebih daripada siapa saja yang berhati kasih sayang, dan pasti akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya betapapun besarnya jika ia mau bertaubat.
Dan ini yang paling dominan dalam ayat tersebut, karenanya didahulukan penyebutannya, apalagi kalau dilihat dari asbabun nuzulnya, yaitu : “Rasulullah SAW melewati sekelompok sahabatnya yang sedang tertawa ber­sen­da gurau, beliau menegurnya :“Kalian tertawa dan menyebut-nyebut sorga, padahal neraka berada di depan kalian ?”, Kemudian datanglah Jibril dan berkata : Wahai Muhammad sungguh Allah SWT berfirman : “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Aku yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang …”.
Ayat tersebut memberikan optimisme dan harapan kepada kita, bahwasanya tidak ada dosa betapapun besarnya – kecuali syirik – yang tidak akan terampuni jika kita mau bertaubat, apalagi penjelasan dan janji Allah ter­sebut diperkuat oleh hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW, seperti, artinya : “Ketika Allah menciptakan makhluk. Ditulisnya sebuah tulisan di atas singgasana-Nya : sungguh rahmat-Ku mendahului kemarahan-Ku. Dalam sebuah riwayat disebutkan : Sungguh rahmat-Ku mengalahkan kemarahan-Ku”
Sesuai dengan firman Allah
قُلْ لِّمَنْ مَّا فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ قُلْ ِللهِ كَتَبَ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ َ , artinya : “Katakanlah: “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “Kepunyaan Allah”. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang …” (QS.6 Al-An’am 12).
Jadi, salah dan dosa adalah sesuatu yang wajar terjadi, dan itu dengan tegas disampaikan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits di bawah ini yang artinya : “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya kalian semua tidak ada yang berbuat dosa, niscaya kalian semua akan dibinasakan kemudian akan diciptakan suatu bangsa yang berbuat dosa, tapi, kemudian mohon ampun kepada Allah SWT, dan Allah mengampuni mereka” (HR. Muslim).
Hadits di atas menyadarkan kita, bahwa dosa adalah sesuatu yang wajar terjadi, yang terpenting adalah upaya menyadari kesalahan dan bertaubat.
Rasulullah SAW bukan hanya bisa menyuruh, tapi beliau juga memberi contoh dan melakukannya, sebagaimana hadits ini
يَآأيُهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلىَ اللهِ فَإِنِّي اَتُوْبُ إِلَيْهِ ِفي الْيَوْمِ مِأَتَة مَرَّة , artinya : “Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sungguh saya bertaubat kepada-Nya seratus kali setiap harinya” (HR. Muslim). “Karenanya, yakinlah bahwa Allah SWT pasti mengampuni dosa-dosa kita dengan rahmat dan belas kasih-Nya, dan itu modal masuk surga”.
Sampai di sini kita bisa memahami bahwasanya taubat dan harapan adalah semisal pelampung dan timah pemberat. Pelampung agar kita tidak tenggelam kedalam kepesimisan dan keputus-asaan, sementara timah pemberat akan menyelamatkan kita dari kesombongan yang itu adalah bentuk lain dari dosa dan kemaksiatan, dan dengan kesombongan membuat Iblis terlaknat selamanya. Untuk itu Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah sabdanya, yang artinya : “Amal seseorang tidak akan mengantarkannya masuk surga, tidak Anda ya Rasulullah ? Kata sahabat. Beliau menjawab : tidak juga saya, kecuali Allah meliputi dan memenuhiku dengan ampunan dan rahmat” (Muttafaq alaih).
Ya Allah, semoga Engkau ampuni Dosa-dosa kami dan terimalah ibadah kami, kemudian masukkanlah kami ke dalam surga-Mu dengan rahmat dan kasih sayang-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi sangat Penyayang lebih dari siapa saja yang berhati pengasih dan penyayang. Amin