Sudah lama Asmu jatuh cinta kepada Asmi. Sementara itu, gadis cantik tersebut telah bersumpah, lebih mencintai Alloh SWT dan Rasul-Nya ketimbang langit dan bumi seisinya, apalagi kepada Asmu, lelaki yang dikenalnya 5 tahun silam.
Asmu itu mengaku sebagai seorang muslim yang baik. Hal itu telah dibuktikannya dengan menjalankan segala syariat yang ada dalam agama Islam. Asmu kerap memberikan pertolongan kepada Asmi. Kemana-mana dia selalu berusaha untuk menemani Asmi dan banyak hal lagi yang membuat Asmu merasa menjadi orang yang sangat dibutuhkan oleh Asmi. Cuma bagi Asmu, pengorbanannya itu ternyata masih dianggap belum memperoleh imbalan yang seimbang dari Asmi. Ia ragu apakah Asmi itu akan membalas cintanya?.
Pada suatu malam, sesudah berhasil menjebak kekasihnya untuk singgah dirumahnya yang sedang sepi, Asmu berkata, " Asmi, apakah engkau mencintai aku?" Asmu tampak gelisah dan ragu-ragu. Ada kilatan nafsu didalamnya.
Asmi si gadis mengangguk, seraya menghela nafas, " Cintaku suci, Mas."
" Aku tahu, Untuk itu aku rela mengorbankan apa saja agar mendapatkanmu. seribu langit boleh menindih diriku, gelombang tsunami boleh menghancurkan semua hartaku, tetapi aku akan tetap menikahimu."
" Terima kasih mas."
" Aku ingin membuktikan, apakah engkau rela berkorban untukku," ucap Asmu dengan nafas kian memburu namun ditutupi dengan sikap wajarnya.
" Apa maksudmu, mas?"
" Ah, tidak apa-apa. Maksudku, bagi kita yang akan menikah, sekarang atau nanti sama saja, bukan?"
" Tentu, sekarang aku mencintaimu, kelak juga aku akan tetap mencintaimu," Jawab Asmi, berusaha tetap tenang.
" Nah, itulah yang kuharapkan. Aku ingin meminta bukti darimu. Selama ini aku gelisah, benarkah kamu yang kucintai masih belum dijamah oleh lelaki yang lain?"
" Aku kurang paham mas.?"
" Begini, mumpung rumahku sedang sepi, aku ingin engkau menyerahkan sekaligus membuktikan kesucianmu. aku cinta kamu."
Asmi terbelalak. Ia tahu apa yang diinginkan oleh Asmu. Ia amat tersinggung. Ia hendak marah dan memberontak. Tapi ia sangat mencintai Asmu. Maka dengan halus ia menjawab, " Mas, Untukmu, apalagi sekadar mahkota kehormatanku, nyawa pun akan kukorbankan sebagai tanda cintaku padamu. Tetapi apakah engkau juga mencintaiku mas?"
" Jangan khawatir Asmi, Takkan ada wanita lain dalam hidupku."
" dan engkau bersedia berkorban demi cintamu?" Desak Asmi.
" Seperti engkau juga, segala-galanya akan kukorbankan untuk membahagiakan hidupmu."
" Jika demikian tenteram nian perasaanku mas."
" Maksudmu?"
" Kalau engkau menuntut begitu besar dariku dan aku bersedia mengabulkan permintaanmu, pasti engkau juga akan bersedia mengabulkan permintaanku yang jauh lebih kecil." Kata Asmi.
" Apa permintaanmu?"
Asmi memandang Asmu.
" Urungkan niatmu mas. Korbankan hawa nafsumu, dan singkirkan rasa curiga kepadaku. Kalau nanti setelah resmi menjadi suami istri ternyata aku bukan perawan lagi, pukullah aku, tendanglah aku dari kamar pengantin seperti seekor anjing yang kotor dan menjijikkan. Tetapi sebelum itu bebaskan aku dari ancaman dosa besar. Ketahuilah mas, satu-satunya yang bakal membahagiakan hidupku selama-lamanya adalah jika aku tidak melepaskan dan menyerahkan kesucianku, sehingga tidak membiarkan diriku ternoda sebelum ijab kabul dilakukan di hadapan penghulu."
Asmu tersentak dan bergetar tubuhnya. Asmi terisak dengan mata merah dan air matanya meleleh.
" Mari aku antar pulang Asmi. "
Asmu dengan tubuh bergetar mengantarkan Asmi pulang.
Sesampai dirumah, Asmu bergegas menuju ke kamar mandi. Sajadah dihamparkannya dilantai kamarnya, rumah sepi. Tak lama terdengar isak tangis. Sejak saat itu dia berusaha untuk terus menjaga Asmi dan mempersiapkan bekal untuk segera memperistri Asmi. Wanita solehah yang senantiasa dibalut busana islami.