MENU

Sabtu, 03 November 2012

Namaku Nahel


Aku kini terbaring disebuah ruangan rehabilitasi. Tubuhku terasa remuk semua. Namaku adalah Nahel. Adikku bernama Husnul, dia sekarang berada disampingku membacakan sebuah wahyu ilahi yang menjadi wiridan bangsaku yakni surah An Nahl. Nenek moyangku mendengar itu dari Manusia paling mulia yang pernah lahir dan ada di bumi, Muhammad Saw. Hingga kini surah itu adalah bacaan wajib golongan kami. Aku kemarin terkena musibah yang hampir saja merenggut nyawaku. 
" Kak, apakah masih sakit?" Husnul adikku tersenyum melihatku menggerakkan lenganku yang dibalut. Aku menggeleng. Bacaan surahnya sudah selesai, 128 ayat dibisikkan didekatku dengan merdu.
" Dik, kemarin aku tidak teliti ketika memasuki rumah didekat surau itu.."  ucapku kepadanya. 
" Kenapa kak?" 
" Saat itu aku masuk kerumah pak Zein karena melihat setangkai bunga indah dimeja ruang tamunya. Aku berfikir jika bunga itu harum dan segar hingga bisa menjadikan madu hasil kelompok kita yang terbaik. Namun saat aku hinggap kekecewaan muncul. Bunga itu tidak harum dan segar. Bahkan benang sarinya palsu. Oleh karena itu aku memutuskan untuk keluar dari rumah pak Zein. Ternyata itu adalah bunga plastik. Aku kesusahan untuk mencari pintu keluar," 
" Kenapa kakak tidak keluar melalui jalan masuknya tadi?" Tanya adikku.
" Karena, pintu tempatku masuk tadi sudah ditutup oleh Binti anaknya pak Zein" kataku sambil menggerakkan tanganku yang sakit.
" Kasihannya kakak, kemudian bagaimana?" lanjut adikku sambil membelai kepalaku.
" Namun tiba-tiba aku tersenyum karena melihat ada bunga Dahlia yang bergoyang diterpa angin disebelah Utara. Akhirnya aku bisa bebas dan segera mendatangi bunga itu. tapi tiba-tiba aku menabrak sesuatu yang tidak dapat kulihat. Setiap kali aku terbang kearah bunga itu selalu terbentur hingga aku terjatuh berkali-kali. Badanku terasa remuk." 
" Apakah kakak menabrak kaca yang pernah diceritakan pak Namel itu?" 
" Iya, aku baru tau ternyata itu adalah kaca. Aku meringis kesakitan dik, Aku berfikir tidak bisa pulang dan terjebak. Bagaimana nasibmu dan si bungsu Nabila ?" 
" terus kak?" adikku penasaran..
" Saat itu pak Namel kebetulan lewat situ dan aku bercerita kepadanya tentang keinginan untuk keluar dari rumah pak Zein. Pak Namel tertawa tergelak mendengar ceritaku. Sebagai semut yang paling berpengalaman pak Namel menepuk pundakku dan berkata " hanya ada satu cara agar pak Nahel bisa keluar dari sini yakni menunggu Binti anaknya pak Zein membukanya. Biasanya sebentar lagi dia akan keluar untuk membersihkan teras. Nah saat pintu terbuka kamu cepat-cepat saja keluar." " 
Istriku mendengarkan dengan antusias dan aku melanjutkan ceritanya.
" Aku mengucapkan terima kasih dan diam menunggu Binti keluar. Pak Namel pamit pergi melanjutkan perjalanannya. Tak lama kemudian benar saja, Binti keluar dengan membawa sapu untuk membersihkan teras. Yang jadi masalah adalah saat dia memandangku, dia ketakutan dan mengayunkan sapunya kearahku " Sambil tersenyum aku bercerita, adikku masih antusias mendengarkan.
" Terus hasilnya seperti ini kak?" Tanya adikku.
" Iya, Binti kan masih kelas 5 SD dik, jadi main pukul saja. coba dia tau jika kita ini penghasil madu, pasti dia membukakan pintu agar aku bisa keluar." Kataku tersenyum.
" Kak.." 
" Iyaa?"
" Menurut pak Namel, Binti dimarah pak Zein karena ketahuan memukul kakak kemarin.." 
Aku tersenyum geli. 

Minggu, 21 Oktober 2012

Idul Adha dan cara memperingatinya



IBADAH QURBAN 
Memaknai makna yang terkandung di dalamnya.

Bacalah  firman Alloh SWT dalam Surah Al Hajj ayat 37, yang menerangkan bahwa daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Alloh SWT karena yang sampai hanya ketakwaan para pelaku kurban yang bersangkutan, maka kesan pertama yang kita tangkap dari firman Alloh adalah ibadah kurban dengan menyembelih ini merupakan simbol ketakwaan dan loyalitas kepada Alloh. Karenanya melakukan ibadah kurban akan lebih bermakna apabila dibarengi dengan penghayatan terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam ibadah itu. Meski ibadah kurban ini udah berumur tua sejak kurban antara Habil dan Qabil namun ibadah kurban ini adalah pelestarian ajaran yang pernah dilakukan Ibrahim As dan putranya Ismail As.

Perintah Alloh kepada Ibrahim agar beliau menyembelih putranya Nabi Ismail adalah sangat tidak masuk akal. Betapa tidak seorang ayah yang sudah berusia sekitar satu abad belum juga dikaruniai putra, begitu dikaruniai lalu diperintahkan untuk menyembelih putranya yang sangat disayanginya. Akal manusia mana yang dapat menerima perintah seperti ini ? karenanya upaya memahami pesan spriritual yang terkandung dalam perintah itu tidak dapat dilakukan melalui pendekatan akal. Jika dipaksakan maka hasilnya akan menyimpang dari kebenaran. Bahkan akan timbul tuduhan bahwa ayat itu perlu dipertimbangkan kembali karena tidak rasional.
Islam memang mendudukkan akal manusia dan menghargai perannya, sehingga banyak aturan-aturan dalam Islam yang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan ini merupakan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia, namun dipihak lain di dalam Islam juga terdapat aturan-aturan yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia, aturan ini umumnya mempunyai dimensi vertikal langsung antara manusia dengan Alloh saja.
Perintah Alloh kepada Ibrahim As menyembelih putranya ini memiliki dimensi vertikal. Namun bukan berarti perintah ini tidak mempunyai makna, justru disinilah letak makna perintah itu apabila kita pahami dengan pendekatan imani.
Janggal ya kok Nabi Ibrahim dan Ismail  itu masih perlu di uji loyalitasnya kepada Alloh, bukankah mereka manusia pilihan Alloh yang tidak diragukan lagi imannya. Namun kejanggalan itu akan hilang manakala kita memahami bahwa kehadiran para Nabi di dunia ini antara lain dalam rangka memberikan contoh bagaimana manusia harus taat kepada Alloh dan sabar dalam menerima ujian-ujian hidup.
Nabi aja masih diuji loyalitasnya apalagi manusia seperti kita yang seharusnya di uji loyalitas dan kesabarannya. Tetapi Nabi itulah yang paling pedih ujian-ujian hidupnya. Semakin tinggi imannya semakin berat pula cobaan-cobaan guna menyakinkan loyalitas keimanannya kepada Alloh. Walau tidak selamanya orang yang selalu ditimpa musibah itu orang yang paling beriman dan mesti tinggi kesetiaannya kepada Alloh.
Selain sebagai simbol kesetiaan Kepada Alloh, di dalam kurban itu juga terdapat simbol ketauhidan. Di Jaman jahiliah orang-orang musyrik cenderung mengkultuskan hewan-hewan tertentu. Di surah Al Maidah ayat 103 telah disinggung tentang hal itu dan oleh karenanya di perbaikilah pemahaman itu dengan adanya surah Al Hajj ayat 28 dan 36, Alloh berfirman, “ Maka makanlah daging-daging binatang ternak itu dan berikanlah (untuk dimakan) orang yang memerlukan dan orang fakir”. Oleh karena itu menyembelih dan mengkonsumsi binatang-binatang itu merupakan bagian dari ibadah yang tidak dapat diganti dengan yang lain.
Dulu juga anak adalah dianggap keindahan kehidupan dunia dalam keluarga dan harta juga pada masa lalu selalu dilukiskan dengan binatang. Padahal Alloh telah banyak menegaskan bahwa anak dan harta hanyalah hiasan dunia serta ujian saja. Ini terekam dalam Al Kahfi 46 dan Al Anfal ayat 28. Manusia hendaknya menjadikan anak dan harta itu sebagai sarana untuk mencari keridhaan Alloh bukan untuk dijadikan impian, didewakan bahkan sebagai sesuatu yang di idam-idamkan.
Nabi Ibrahim adalah sosok manusia yang mampu memenangkan kepentingan Alloh atas kepentingan dirinya sendiri. Maka sangat wajar jika keberhasilan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam mendahulukan perintah Alloh dijadikan sebagai salah satu syariat Islam karena itu agar bisa di dapat pesan-pesan moralnya tadi.
Ibadah kurban dengan hari raya Idul Adha yang datang setiap tahun sebaiknya janganlah menjadi upacara rutinitas saja, melainkan hendaknya dapat menjadikan kita seperti Ibrahim dan Ismail yang telah mampu mendahulukan kepentingan Alloh atas kepentingannya sendiri. Bila tidak, kita hanya akan mengumandangkan kalimat Allohu Akbar dimana-mana saat Idul Adha, tetapi dalam perilaku hidup sehari-hari kita justru mengecilkan  dan menyepelekan segala perintah-Nya. Mari kita renungi untuk apa kita hidup di dunia ini dan di edisi pertama telah di jelaskan bahwa kita semua manusia ini di ciptakan hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada Alloh. Karena Alloh SWT berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca, Aminn.
Trans Bebanir Bangun, 21 Oktober 2012 
by Kang Asmu

Minggu, 10 Juni 2012

Suka Karena Sering Disebut (Part One)


" Barangsiapa yang suka menyebutnya maka artinya dia itu yang aslinya menyukai "Entah itu kalimat itu berasal dari mana asalnya kata bijak itu yang pasti adalah ucapan itu yang muncul dari Bu Lena Sade, guru kelas 3 SD kang Asmu dulu ketika mendengar banyak sekali anak-anak yang suka mengejek temannya yang lain. Disekolah dulu yang kerap menjadi bahan olokan adalah Emi, seorang gadis cilik yang rambutnya selalu berantakan berminyak orang aring yang mengkilap,  hidungnya kerap mengeluarkan ingus, serta yang paling membuat temannya semakin giat mengoloknya adalah penyakit telinga yang menimpanya. Cairan beraroma ga enak dan sedikit membuat nafsu makan hilang itu selalu tercium jika kita berada satu meter dari dirinya. Oleh karena itu dia selalu berbekal kapas untuk menutupinya.
Emi selalu dijadikan bahan olokan. Hampir semua anak laki-laki tidak mau berteman dengannya karena takut diejek teman lainnya dan sejak ucapan bu Lena Sade itu membahana seantero kelas yang mengejek pun sekarang cuek karena jika sampai dia menyebutkan namanya maka bersiaplah dia dianggap menyukai Emi. Wah jika begitu akibatnya adalah pamor langsung pudar dihadapan Yuni dan Trie dua gadis idola anak-anak se-SD dulu.
Entah apakah kata-kata sakti dari bu Lena itu benar atau tidak yang terjadi adalah aku selalu merasakan jika hal itu selalu tidak salah.
Pertama, Ipin sohib dekatku begitu khusyuk mendengarku menceritakan kehebatan dan kegandrunganku dengan seorang pemain sepakbola bernama Raul Gonzalez Blanco asal Spanyol setiap hari ketika usai main bal-balan (sepakbola) dilapangan bernama Kandang kebo hehe maklum usai main selalu tubuh kami berselimut lumpur.
kedua, Mamik seorang sahabat kecilku dulu seakan mau muntah saja ketika setiap bertemu denganku selalu kujejali dengan cerita-cerita kekagumanku kepada Armiah seorang gadis ayu yang tak lain adalah kakak kelasku di ESEMPE. Bayangkan saat ngaji aku selalu berusaha duduk didekatnya dan dia langsung berwajah pasrah karena ceritaku sama yakni tentang Armiah. Entah gadis berlesung pipit  itu sekarang sudah punya anak berapa.
Ketiga, aku juga kerap bercerita dengan Enor (namanya Nuruddin, aku memanggilnya Nur tapi karena lidah jawa jadilah Enor dan huruf E itu dibaca dengan lafal nomor empat..tau kan? pasti tau dong..) tentang keinginanku menjadi wartawan dan hasilnya aku memang gandrung menulis cerita sepakbola dengan tokoh utama tak lain dan tak bukan yaitu Raul Gonzalez Blanco. Tumpukan buku tulis yang berisi kisah sepakbola rasanya lebih banyak dari buku pelajaran buat sekolah. Entah dimana keberadaan buku-buku itu, terakhir kulihat dimasukkan kekarung dan beberapa hari kemudian karung itu tidak ada. Aku tidak heran ketika berjalan dibelakang rumah ada tumpukan abu. Hahhhh!!! Bukuku lebur...
Keempat, Saat ESDE aku juga selalu menceritakan kepada ibuku jika aku ingin menjadi penyebar agama Islam dan setelah itu aku menjadi tukang adzan tetap saat sholat dhuhur dipesantren yang pada hasilnya aku hanya bisa memanggil Kyai Tajuwid hasyim saja dan seorang gadis bernama Yuliana. Cuma dua orang setiap hari yang menjawab panggilan adzanku dipesantren. Maklumlah pesantren ini bukan untuk pesantren mukim tapi pesantren untuk para santri kalong.
Sebenarnya masih banyak sekali hal yang bertepatan dengan apa yang di ucapkan bu Lena tadi tapi nanti saja aku lanjutkan. Tunggu edisi kedua ya..!!! hehe jika mau menunggu.

Ibuku adalah idolaku


Namanya Siti Fatimah.
Lahir 10 tahun setelah suaminya lahir. Ya, dia selisih 10 tahun dengan suaminya sekarang. Masa kecilnya dihabiskan tidak seperti anak kecil lainnya yang dipenuhi dengan canda tawa dan bermain petak umpet dengan rekan-rekan sejawatnya. Sejak kecil dia sudah bekerja keras. Kondisi keluarga yang tidak bisa disebut mampu membuatnya harus menjadi pekerja. Meski sekolah hanya sampai kelas 3 SD namun dia bukanlah orang bodoh. Putus sekolah bukan karena tidak mampu otaknya namun keadaan perekonomian keluarga. Putus sekolah bukan berarti putus juga belajarnya, dia tetap mengaji agama. Kedua orang tuanya meninggal saat dia masih kecil.
Beranjak remaja dia tetap mampu menjadi mandiri, kakak-kakaknya yang kehidupannya serupa telah berkeluarga. Dia pun yang telah menjadi wanita yang menawan banyak menarik pemuda untuk menjadikan istri dan setelah itu akhirnya menikahlah dia dengan salah satu pemuda. Seiring dengan berjalannya waktu pernikahan yang telah menghasilkan satu buah hati seorang bayi perempuan itu akhirnya kandas dan memutuskan untuk berpisah.
Kehidupan terus berjalan, tidak ada waktu untuk bersedih hati. Dia harus bekerja menghidupi anaknya itu dengan menjadi buruh dipabrik bersama ribuan orang dengan penghasilan yang pas-pasan. Dengan predikat putus sekolah kelas 3 SD tentu tidak ada pilihan lain pekerjaan selain menjadi buruh. Setelah beberapa tahun sendiri bersama anak kecilnya akhirnya datang seorang lelaki melamarnya sebagai istri. Kehidupannya mulai berubah. Walau sang suami bekerja serabutan namun itu membuatnya lebih bisa mengurus anak-anaknya dengan penuh kasih sayang meskipun kehidupannya sederhana. Perasaan syukurnya selalu diwujudkan dengan menjadi istri yang berbakti kepada suami dan bertanggung jawab dengan anak-anaknya yang kini telah berjumlah 5 orang laki-laki.
Setiap malam selalu bertahajjud dengan doa-doa keselamatan untuk keluarga, kesuksesan untuk anak-anaknya, kebahagiaan dunia akhirat dan lainnya. Setiap saat adzan berkumandang selalu bergegas sholat 5 waktu.
Saat ini dia berada di kalimantan bersama suami dan anak-anaknya tercinta. Ditemani oleh cucu-cucu mungilnya mengisi hari tua bersama suami. Duduk diberanda rumah yang disulap oleh anak bungsunya menjadi rumah baca. Anak bungsu yang selalu dibanggakannya. Semua anaknya dibanggakan dan didoakannya. Bersama suami tercinta kini dia seakan sempurna.
" Mak.." sebuah suara mengagetkan lamunannya dan dia menoleh.
" Oh kamu to Asmu.." sambil tersenyum dia menyambut anak bungsunya itu dengan penuh kehangatan. Tak berapa lama sang suami datang membawa kantong plastik berisi buah salak yang diambil dikebun belakang rumah.
Bahagia itu adalah bersyukur.

Penasaran ala Opa Fergie...

Sepak bola itu permainan. Setiap permainan itu punya tujuan untuk menghibur. Hiburan itu adalah seni. seni itu adalah daya cipta yang indah. Keindahan itu adalah keadaan yang enak dilihat. Begitulah aliran sederhana tentang sepakbola. Ketika kehidupan ini datar-datar saja tanpa ada naik turunnya maka bisa dipastikan jiwa manusia akan memberontak. contohnya adalah kebosanan, kejenuhan bahkan ketidakmenarikan. Memang benar apa yang kita makan di Indonesia umumnya adalah nasi, dan pastinya tidak melulu nasi yang dimakan karena butuh bakso, mie atau makanan lainnya untuk menyelingi nasi yang merupakan makanan pokok. 
Sepakbola pun demikian. Keadaan yang diulang-ulang akan menimbulkan kejenuhan. Perlu adanya variasi dalam segala hal untuk bisa meningkatkan gairah dan semangat kembali. Sir Alex tentu sudah pensiun lama jika tidak muncul kehadiran Jose Mourinho yang kala itu melatih Porto tahun 2004 dan saat menang bersorak dihadapannya dan hasilnya kekesalan itu diwujudkan dengan tidak menjabat tangan kala pertandingan usai. Sir Alex seolah bangun dari kursi empuk kemenangan MU yang tiada banding kala itu. Awalnya kejenuhan karena gelar juara seolah selalu milik MU setiap tahun namun ketika Mourinho memutuskan untuk hijrah ke Chelsea muncullah keinginan gairah sang kakek Ferguson untuk berkompetisi lagi. Gaya Mourinho yang kontroversial menjadi stimulus baginya untuk membungkam anak muda bernama Mourinho itu. Terbukti selama 3 tahun Mourinho di Chelsea sang kakek seakan penasaran karena selalu dipecundangi oleh anak muda itu untuk kesekian kalinya. Belum habis masa penasaran kepada anak muda Mourinho itu sang kakek langsung dihadapkan pada munculnya generasi terbaik dalam diri klub Barcelona yang seolah tanpa cacat memainkan sepakbola.
Gembar gembor MU sebagai klub terbaik mulai terkikis habis oleh pesona klub Catalan itu belum lagi sang seteru bernama Real Madrid pun mulai menyeruak dengan permainan banjir gol itu. Sekali bertemu difinal Champions League langsung kakek seolah kembali duduk dibangku sekolah dan diajari kembali bagaimana  bermain sepak bola. Anak asuhannya kalah segalanya di Final, bahkan para pendukung MU distadion olimpico dan Wembley..dua kali kalah segalanya dari Barcelona membuat kakek selalu menunda keinginannya untuk pensiun hingga kini.
yah....itulah seni. Butuh kejutan dan keragaman dalam banyak hal. Biarlah kakek dengan penasarannya setiap tahun, biarlah Mourinho dengan ucapan-ucapannya, biarlah Guardiola dengan sensasinya dan biarlah itu berjalan seperti biasanya. 
Total Football berganti cattenacio trus berganti kick n rush dan sekarang dengan tiki takanya. Esok muncul lagi dengan generasi yang baru dengan penikmat baru dan penikmat lama dengan perbandingan-perbandingan versinya sendiri-sendiri. Nikmati sajalah sepakbola itu.
Indonesia....????
Nikmati sajalah wes, hehehe

Senin, 07 Mei 2012

Bareng-bareng belajar Arif

Kearifan itu sekarang menjadi ilmu yang sangat jarah ditemui. Kang Asmu teringat dengan beberapa kisah tentang kearifan yang memang menjadi inspirasinya setiap saat mengambil kesimpulan. Sambil duduk bersila didepan Geng percil kang Asmu bercerita beberapa kisah. 
Yang pertama.
Seorang ayah pada suatu saat mendatangi sayyidina Umar dan mengadu, " Anak gadisku, wahai amirul mukminin, pernah terjerumus ke dalam dosa yang besar. Ia patah hati ditinggal oleh orang yang dicintainya, lantas mengambil pisau dan menggorok lehernya sendiri. Untung saja aku memergokinya. Anak itu kuselamatkan, lukanya kurawat dengan cermat hingga ia segar dan sehat kembali.".
Sayyidina Umar, " Hmm. Mujur anak kamu itu. Bunuh diri adalah tanda kekufuran. Ia harus bertobat."
Ayah itu menjawab, " Memang itulah yang dikerjakannya sesudah itu. Ia menyesal, dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Sekarang ia dipinang seorang pemuda untuk menjadi istrinya. Apakah dosa itu harus kuceritakan kepada calon suaminya, wahai Amirul mukminin?"
Sayyidina Umar kemudian berkata dengan lantang," Apakah engkau bermaksud membongkar aib yang sengaja telah ditutupi oleh Alloh SWT takdir-Nya? Demi Alloh, seandainya kau lakukan itu akan kuhukum engkau sedemikian rupa di depan masyarakat sehingga menjadi contoh pahit bagi yang lain. TIdak, jangan kauungkap kembali cacat yang sudah terhapus itu. Nikahkanlah putri engkau sebagaimana layaknya perempuan terhormat dan muslimah yang taat.!"
Hikmahnya adalah 
Apa sebenarnya yang terkandung dalam cerita itu jelas menggambarkan kearifan. Aib bukanlah hal yang menjadi barang dagangan yang harus dipertontonkan. Untuk menjaga kehormatan dan kesucian maka hal itu mesti dilakukan. Manusia tidaklah sempurna yang pasti melakukan kesalahan akan ketika sudah bertobat maka keburukannya menjadi penyemangat dia untuk tidak mengulangi kembali. 
Yang kedua
Kyai Tajwid Hasyim siang itu sedang membersihkan Astrea Star miliknya seusai perjalanan jauh dari kampung Gurimbang untuk berceramah. Ditengah kesibukan Kyai membersihkan motor kesayangannya itu datang seorang santri bernama Samson dan suaranya bergetar saat dia bercerita, " Kyai, saya tadi melihat sendiri Imam keriting dan Ulik berpelukan dengan mesra dibelakang asrama putri Darussalam."
Samson berharap Kyai Tajwid Hasyim memanggil Imam dan Ulik untuk diberikan hukuman serta mengeluarkan mereka berdua dari pondok. Karena memang perbuatan seperti itu dilarang dipondok dan hukumannya adalah dikeluarkan dengan cara tidak hormat. 
Ternyata Kyai malah memandang tajam kepada Samson. 
" Kenapa kamu tidak menutupi kejelekan mereka dan menasehati mereka agar bertobat. Kamu kan santri senior disini. Tidakkah kamu sudah mendengar hadis nabi riwayat Imam Muslim " Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, pasti Alloh akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat."
Samson tertegun mendengar ucapan kyai Tajwid.
Hikmahnya adalah 
Bayangkan saja jika Imam dan Ulik dipanggil dan dikeluarkan dengan tidak hormat oleh pondok maka bisa jadi mereka akan sangat malu sekali dan akan menjadi nekad lantaran tidak tahu harus kemana untuk menyembunyikan diri. Dikucilkan dimasyarakat. bahaya yang lebih besar akan terjadi jika mereka berdua dikeluarkan. Oleh orang tua akan diusir, mereka akan menjadi sangat hina sekali dan khawatirnya malah Imam menjadi pemuda yang akan berbuat jahat dan Ulik akan menjadi perempuan yang tidak baik. Bukankah kebanyakan apa yang dilakukan oleh para penjahat dan perempuan nakal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang melatar belakanginya. Itulah yang dijelaskan oleh Kyai Tajwid pada saat memberikan pengajian kepada para santrinya. Walaupun begitu pada akhirnya Kyai Tajwid Hasyim memanggil Imam dan   Ulik untuk tidak mengulangi kembali dan menyuruh mereka untuk memikirkan akibat dari perbuatan mereka, memikirkan perjuangan orang tua mereka dan dosa yang ditimbulkannya.

Kang Asmu memandang kepada geng percil dengan seksama. 
" Berbuat ariflah adik-adikku tercinta. Berilah nasihat ketika terjadi kesalahan bukan malah menyalahkan. Sama halnya ketika kita dijalan menemui orang yang tersesat. Apakah kalian membentak dia karena salah jalan atau memberi tahu dia jalan yang sebenarnya?" 
" Memberi tahu jalan yang sebenarnya kang!" Jawab geng percil serentak.
Kang Asmu kembali berkata.
" Demikian juga ketika saya dan juga kalian mempunyai kesalahan yang menjadi aib maka ingatkanlah namun jangan disebarkan kepada orang lain..ini berlaku untuk semua orang baik kang Asmu sendiri dan juga kalian." 


Senin, 23 April 2012

Dermawan Medit


Dikampungnya kang Asmu, hidup seorang laki-laki dermawan yang bernama Pak Mekir. Ia sangat kaya dan suka memberi pada orang miskin. Tetapi dia merasa lama kelamaan jumlah hartanya menjadi berkurang, Pak Mekir mulai pun mulai gelisah. Suatu hari Pak Ijak yang terkenal sebagai orang bijak sekampung sedang singgah beristirahat di rumahnya. Pak mekir pun menceritakan kegelisahan hatinya kepada Pak Ijak untuk meminta nasihat bagaimana caranya agar para pengemis tidak mendatangi rumah Pak mekir lagi untuk meminta bantuan.

“Buat saja pagar tembok yang tinggi dengan gerbang yang kokoh,” kata Pak Ijak. “Aku jamin pengemis tak akan datang lagi ke rumahmu”. Akhirnya Pak mekir mengikuti saran si Pak Ijak. Di luar dugaan, membuat pagar dan gerbang membutuhkan biaya yang sangat mahal. Uang Pak mekir pun menjadi habis tak bersisa, dia menjadi miskin dikarenakan mengikuti saran Pak Ijak itu.

Ketika Pak Ijak tersebut datang kembali ke rumahnya, Pak mekir tidak dapat menahan amarahnya kepada si Pak Ijak dan berkata, “ Berani-beraninya kamu datang lagi ke rumahku, lihatlah hasil dari menuruti nasihatmu untuk membuat pagar dan gerbang itu, uangku habis semua dan aku sekarang menjadi orang miskin.”

“Tuan, tenangkan dirimu,” kata si Pak Ijak dengan suara lembut. “Bukankah sudah tidak ada pengemis datang ke rumah anda? Aku tak melihat seorangpun. Coba pikirkan lagi kata-katamu tempo hari, kau tidak ingin ada pengemis yang datang ke rumahmu. Kedatangan mereka tak sanggup kau tolak, tapi juga telah menggerogoti hartamu. Tempat yang tidak akan dikunjungi peminta-minta adalah rumah orang yang tidak memiliki apa-apa bukan?” Pak mekir pun menjadi terdiam.

Jumat, 23 Maret 2012

Ar Rahman....


"fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban" 
(Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?)
Ini ada disurah Ar Rahman. Pengulangan ayat diatas berjumlah 31 kali.
Surat ar-Rahman adalah surat yang memuat makna yang amat tinggi dari Allah. Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "dusta"; bukan kata "ingkari", "tolak" dan kata sejenisnya. Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa nikmat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya oleh manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya. 
Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!
Bukankah kalau kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita, kalau kita berhasil menggondol gelar Sarjana, Master, Doktor atau profesor itu dikarenakan kemampuan otak kita yang cerdas, kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itulah akibat kita pandai melakukan terobosan dan lobby. Pendek kata, semua nikmat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya nikmat itu semuanya datang dari Allah.
Maka nikmat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan! kita telah bergelimang kenikmatan, telah mempunyai banyak hal, telah banyak penghargaan, kini ingatlah berapa banyak nikmat yang kita dustakan. Yang pasti apa yang kita peroleh itu akan dipertanggung jawabkan kelak.
Tsumma latussalunna yaumaidzin ‘aninna’im "Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan nikmat yang kamu peroleh saat ini" ( QS 102:8 ).
Jika kita disuruh menghitung nikmat yang ada tentu kita tidak akan mampu untuk menghitungnya seperti yang tertera di surah An Nahl 18. Mulailah dengan mengucapkan Alhamdulillah untuk segala nikmat yang ada.

Senin, 19 Maret 2012

Si Ujang kuliah di Jakarta


Kini, banyak orang desa yang mengirimkan anak-anaknya kuliah di kota besar. Namun kisah menggelitik seputar keluguan orang desa dalam memahami dinamika kampus dan mahasiswa kerap kali muncul. Berikut sepenggal kisah tersebut.
Ujang kini adalah mahasiswa semester 1 yang baru saja duduk di bangku Universitas ternama di Jakarta mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya di desa nun jauh di pelosok pedalaman Kalimantan. Begini isi suratnya: 
“Bapak dan Ibu, alhamdulillah, saat ini Ujang sudah mulai kuliah di Jakarta. Kuliahnya dari pagi sampai siang. Teman-temanku di sini baik-baik, malah banyak juga yang berasal dari daerah. Ujang juga sudah kost, biayanya agak mahal 250 ribu per bulan. Oh ya, Bapak dan Ibu, nilai Ujang semester 1 ini sudah keluar, yaitu 3,5. Doakan saya semoga kerasan tinggal di Jakarta” 
Sebulan kemudian, Ujang tersebut menerima balasan tersebut ; 
“Anakku Ujang, alhamdulillah kamu sudah mulai kuliah. Kami berdua mengharapkan kau cepat lulus dan membantu menyekolahkan adik-adikmu. Mohon maaf bila bulan depan uang kiriman kami agak telat, soalnya harga gabah sedang turun, kata orang-orang desa akibat import beras sih”. 
“Cuma kami agak sedikit kecewa melihat nilai kamu. Di ibtidaiyah, tsanawiyah hingga aliyah, nilai kamu kan tidak pernah di bawah 7, malah sering 8 dan 9. Kok sekarang cuma 3,5? Ayo nak, rajin-rajinlah belajar” 
“Jangan-jangan ini karena kamu ndak fokus ke kuliahmu ya? Mungkin karena kamu ikut-ikutan kost yang bayarnya mahal itu? Makanya nak, jangan dilakoni semua, kalo mau kuliah ya kuliah, kost ya kost, jangan dua-duanya” 
Salam sayang Bapak dan Ibu.
Ujang bengong membaca surat balasannya. 
Diketik ulang dari sebuah cerita lucu kyai Rembang.

ISLAM KTP tobat !!


Banyaknya kejadian dan bencana yang menimpa dunia di akhir zaman ini membuat banyak manusia yang bertobat.  Salah seorang diantaranya adalah Pak Sumarto yang biasa dipanggil pak Smart.  Pak Smart ini yang dulu hanya islam KTP pun kini giat belajar agama Islam dari para kyai dan ustadz dikampung.  Banyak sekali ajaran Islam yang dia pelajari, salah satunya tentang kewajiban menjawab salam dari sesama muslim.  Perintah untuk menjawab salam ini ia hayati betul sebagai salah keagungan ajaran Islam yang menekankan hablum minannaas selain hablum minaLlah. Yaitu membina hubungan baik antar sesama muslim.
Malam itu, Pak Smart untuk pertama kalinya dalam sejarah (hehe) menunaikan shalat isya secara berjamaah.  Ia sangat khusyuk mengikuti gerakan-gerakan shalat dari sang Imam yang ketika itu adalah pak Pon.  Setelah tahhiyat pada rakaat terakhir, pak Pon selaku imam pun mengakhiri shalatnya dengan membaca salam, "Assalamualaikum WarahmatuLlahi Wabarakatuh".   
Dengan spontan pak Smart pun menjawab salam dengan lantang, "Wa'alaikumussalam WarahmatuLlahi Wabarakatuh". Sontak usai sholat seluruh jamaah melirik ke pak Smart yang langsung tersenyum dan menyalami mereka satu persatu. Di belakang, kelompok Geng percil dibarisan belakang tersenyum – senyum geli melihat sikap pak Smart. 

GAMBAR ORANG BERIMAN



Ketika si Ayub masih duduk di bangku SD, ia mendapat tugas kliping dari pak Supardjo untuk menempelkan gambar-gambar orang beribadah menurut agamanya masing-masing.
“Coba kalian kliping gambar atau foto orang yang sedang menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing. Kumpulkan minggu depannya”, perintah Pak Supardjo kepada Ayub dan kawan-kawanny.
“ Ingat ya, gambar orang menurut agamanya masing-masing” Lanjut pak Supardjo.
Seminggu berlalu, rupanya si Ayub kelupaan akan tugasnya. Hari itu, pak Supardjo yang terkenal galak pun menyuruh murid-muridnya termasuk Ayub untuk meletakkan hasil kliping mereka diatas mejanya masing-masing. 
Si Ayub pun kelabakan. Segera ia mengambil pas foto dirinya dari tasnya, dan menempelkannya di selembar kertas dan memberikannya judul ”Tugas Kliping Gambar Orang Beribadah”. 
Pak Supardjo berjalan mengelilingi kelas dan memeriksa tugas murid-muridnya. Ketika sampai di meja Ayub, Pak Supardjo tersebut pun marah. “Apa maksudnya kamu menempel foto kamu sendiri di lembar tugas kliping ini?”, tanya Pak Supardjo dengan wajahnya yang sangar. 
Ayub yang polos itu pun dengan tenang menjawab, ”Ini gambar orang beribadah pak, ibadah puasa”, tandas Ayub menjelaskan bahwa itu foto ketika bulan puasa yang lalu. Semua teman-temannya meledak tawanya dan pak Supardjo melotot.

Membaca ala Kambing

 
Pak Mekir yang terkenal pelit marah dengan kata-kata Ucup yang meminta sumbangan seikhlasnya untuk membantuk biaya pembelian hewan Qurban. Akhirnya dengan geram dan dongkol dia terpaksa dia menyumbangkan seekor kambing dari puluhan kambing yang diternaknya. Ucup dan geng percil itu menerimanya dengan senang hati. Tetapi Pak Mekir berkata, "Kambing itu jangan disembelih dulu. Ajari dulu kambing itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya. Jika bisa membaca maka boleh kambing itu dijadikan hewan Qurban"

Ucup dan Geng percil berlalu dengan cekikikan melihat ketidak ikhlasan pak Mekir, dan dua minggu kemudian ia dan Geng percil kembali ke rumah pak Mekir. Tanpa banyak bicara, Pak Mekir menunjuk ke sebuah buku besar. Ucup menggiring kambing dari pak Mekir ke buku itu, dan membuka sampulnya.

Si kambing menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu, si kambing menatap Ucup. "Demikianlah," kata Ucup sambil menatap ke Pak Mekir yang terperangah,
"kambingku sudah bisa membaca.?" Pak Mekir mulai menginterogasi,
"Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"

Ucup berkisah,"Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan daun-daun segar di dalamnya. Kambing itu dipelajari membalik-balik halaman untuk bisa makan daun-daun segar itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar."
 "Tapi," tukas Pak Mekir tidak puas,
"Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?" lanjutnya.

Ucup menjawab,"Memang demikianlah cara kambing membaca; hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita setolol kambing, bukan ?"

Pak Mekir melongo.



Aslinya kisah ini berasal dari Timur Tengah, namun untuk kepentingan yang baik dieditlah tanpa mengurangi makna dari kisahnya.

Minggu, 18 Maret 2012

Doa Azami


Kurang lebih seminggu yang lalu kang Asmu kedatangan tamu seorang teman pondok bernama Azami. Walau hanya sebagai santri kalong, Asmu berteman baik dengan beberapa santri pondok yang mukim (yang tinggal dipondok) dan salah satunya adalah Azami ini. Nah kebiasaan kang Asmu ketika di langgar adalah menceritakan perjalanan hidup orang-orang yang sukses dengan beberapa hikmah untuk bisa membuat geng percil (sebutan untuk anak-anak yang ngaji di langgar) merasa termotivasi dan menjadi pelajaran untuk mereka. Sekarang ini kisah Azami menjadi bahan yang akan diceritakan kepada geng percil.
Awal masuk pondok pesantren dulu Azami sangat berbeda dengan teman-teman lainnya. Ayahnya seorang petani sayur-sayuran dengan penghasilan tidak menentu. Ibunya pun hanya menjalani hari dengan menemani sang ayah bergelut di ladang yang dipinjam dari tetangga mereka. Sejak lulus SMP dia tidak melanjutkan pendidikannya. Tekadnya adalah membantu kedua orang tuanya untuk membiayai sekolah adik-adiknya yang berjumlah 3 orang. Dengan tenaga yang dipunyainya dia bantu ayahnya itu di ladang seharian penuh dengan semangat dan tanpa keluhan. Namun kerap hasil dari bertani sayur-sayuran itu mengalami kerugian, selain gagal panen juga sering mendapati harga yang jauh menurun drastis. Disela-sela kegiatan membantu orang tuanya ini Azami gemar juga membantu mengajar ngaji di Langgar yang tidak jauh dari rumahnya. Pak Karim ayahnya prihatin dengan Azami yang harus berhenti sekolahnya. Selalu menolak ketika dibujuk untuk sekolah karena Azami bertekad untuk membantu orang tuanya yang sangat kekurangan itu. Biarlah dia berpendidikan rendah asalkan adik-adiknya bisa sekolah tinggi, itu adalah alasannya.
Suatu hari dengan tergopoh-gopoh pak Karim memanggil Azami yang sedang membuat bedengan sayuran. Pesantren. Ya pesantren..itulah yang dikatakan oleh Pak Karim pada Azami saat memaksa agar masuk pesantren saja. Pak Karim tidak mau anak pertamanya ini menyerah pada keadaan.
" Kamu harus kepesantren Zam. Kami bisa tetap membiayai adikmu kok. tenang saja." kata Pak Karim menenangkan perasaan anaknya.
Setelah dibujuk akhirnya Azami mau menerima perintah orang tuanya itu dengan catatan hal itu tidak memberatkan dan tidak perlu mendapatkan kiriman dana. Cukup doa saja, pintanya.
Keadaan orang tuanya yang miskin dan adik-adiknya yang masih sekolah itu menjadi pemicu Azami untuk giat belajar dipondok.
Pondok Tahfiz Qur'an. Ya, Azami menjadi santri dipondok itu selama 3 Tahun dengan prestasi berbagai prestasi. Dengan kesungguhan dan tekad yang kuat dia berhasil menghafal seluruh Qur'an dalam kurun waktu 30 bulan tepatnya 2,6 tahun. Setiap tengah malam bersama teman-temannya dia sudah disibukkan dengan kegiatan mengulang hafalan dan mempertajam hafalan yang baru sebelum disetorkan sesudah subuh. Untuk biaya hidupnya itu tidak menjadi kendala karena prestasi menjadi juara di MTQ bahkan beberapa kali dia bisa mengirim sebagian rizkinya itu untuk orang tuanya.
Kini Azami telah meninggalkan pondok dan menjadi imam masjid disebuah kampung pedalaman. Dia dipilih menggantikan Kang Asmu yang menolak tawaran itu karena lebih memilih membangun kampung halamannya sendiri. Azami masih muda, selama di Pondok dia juga sekolah di madrasah Aliyah. Lagipula tugasnya menjadi imam ini tidak lama hanya setahun karena dia mendapatkan beasiswa kuliah di Timur Tengah untuk tahun berikutnya. Dia juga tidak lagi khawatir dengan keluarganya yang kini bisa mencukupi kehidupannya berkat hasil pertanian dan ternak ayam yang modalnya dari Azami.
Seminggu yang lalu, Azami datang bertamu ketempat Kang Asmu untuk bersilaturahmi sambil pamitan untuk melanjutkan pendidikannya di Timur tengah. Selamat berjuang kawan. 

Senin, 05 Maret 2012

Pemimpin


Ingat kisah Umar bin Khattab yang berjalan malam hari untuk melihat bagaiman keadaan umat dan menemukan seorang ibu menenangkan anak-anaknya yang kelaparan dengan memasak batu agar anaknya percaya bahwa itu makanan dan anak-anak itu tertidur menunggu masaknya makanan yang direbus ibunya. Melihat hal itu sayyidina Umar langsung mengambil gandum dari gudang untuk diberikan kepada ibu tadi dengan memanggulnya sendiri. Perasaan sebagai seorang pemimpin mengalir dalam diri Umar yang diilhami dari kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
Dipondok dulu, Kyai Tajwid Hasyim kerap tidur bersama santri-santrinya tanpa alas, berbantal kopiah, dan berselimutkan sarung. Disaat menjelang tidur terkadang beliau menyematkan beberapa nasehat kepada para santri. Kedekatan inilah yang memberikan suasana nyaman dipondok.
Dua hal ini adalah contoh kecil bagaimana seorang pemimpin itu bersikap. Pemimpin harus mengetahui siapa yang dipimpin dan mampu memberikan kenyamanan kepada yang dipimpinnya itu. Sayyidina Umar kerap berkeliling dimalam hari untuk mengetahui kondisi umat, Kyai Tajwid yang mau tidur bersama para santrinya untuk memberikan nasehat-nasehat para santrinya. 
Ingat juga kisah nabi Dzulkifli yang bijaksana dan selalu melayani rakyatnya. bahkan karena itu iblis berusaha mencoba menguji dengan menjadi rakyat yang sangat menyebalkan akan tetapi tetap dilayani dengan penuh kesabaran oleh nabi Dzulkifli. 
Itulah gambaran pemimpin yang tugasnya adalah wakil dari rakyat, pelayan, pengayom dan pembela. 
Bagi lelaki maka dia adalah pemimpin keluarganya dan harus memberikan kenyamanan, ketenangan serta kesejahteraan lahir dan bathin kepada anggota keluarganya.
Pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya layaknya imam kepada makmumnya.

Haji Alhamdulillah


Di kampung tempat kang Asmu berada ada seorang pak Haji bernama Loman yang dijuluki haji Alhamdulillah oleh penduduk kampung. Memang rada aneh jika mendengarnya akan tetapi cobalah sesekali mengunjunginya pasti akan terjawab keheranan yang melanda.
Ijong, seorang sahabat kang Asmu yang penasaran sudah lama berniat mengunjunginya. Kebetulan rumah haji Alhamdulillah ini tidak seberapa jauh dari tempat kang Asmu. Apa yang membuat pak Loman ini dijuluki haji Alhamdulillah itu tidak lepas dari sifat ramah tamah serta sangat menghormati setiap tamu yang kerumahnya. Bahkan salah satu yang paling menarik adalah motto barangsiapa yang bertamu maka tidak boleh pulang sebelum mendapatkan jamuan makan atau minum. Alhasil, apabila ada tamu 20 orang maka semuanya akan mendapatkan jamuan makan dan minum. Kebiasaan ini memang sudah terjadi saat pertama kali bermukim dikampung tempat kang Asmu ini.

" Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya " hadis riwayat Bukhari Muslim inilah yang menjadi awalnya kisah perbuatan pak Loman. Pak Loman mendengar itu dari penjelasan Kyai Tajuwid yang jadi pengasuh pesantren Attaqwa dulu saat pengajian.
Tiga hal yang menonjol dari Haji Alhamdulillah ini yakni mencintai orang lain, kedermawanan dan kearifan.

Pak Loman memang seorang petani biasa dan tidak kaya. Itulah hal yang menjadi poin penting ditengah jaman yang saat ini semua mendewakan materi, individualistik, kerakusan dan perasaan mencintai sesama. Tidak pandang bulu dalam menjamu tamu, bahkan Dani adiknya Ujang yang terkenal nakal pun kerap berada ditempat Pak Loman dan dengan ramah tetap dijamu sambil terus dinasehati.

Mencintai orang lain, ikhlas, mendahulukan kepentingan orang lain merupakan hal yang sangat langka dizaman sekarang. Keikhlasan inilah yang menjadikan semua orang yang keluar dari rumah pak Loman mengucapkan Alhamdulillah karena bertemu dengan beliau, atau Alhamdulillah karena diperlakukan dengan baik atau bahkan Alhamdulillah karena makanannya. Ijong yang mendengar itu jadi paham dan keesokan harinya dia bertemu lagi dengan kang Asmu.
" Seneng aku As.." katanya
" Kenapa Jong?"
" Aku tadi baru dari tempat pak Alhamdulillah"
" Pantesan..."
Ijong kaget  " Pantesan kenapa?"
" Itu bekas nasinya masih nyangkut.." tunjuk kang Asmu, Ijong tertawa dan mengusap pipinya.

Senin, 13 Februari 2012

Mencari Pelarian


Disudut serambi masjid yang megah itu Asmu melihat seorang wanita berwajah cantik berkulit putih dengan rambut terurai sedang termenung seorang diri. Sebenarnya Asmu tidak berniat untuk mendekatinya namun dia yakin jika wanita yang dilihatnya itu adalah wanita yang berkenalan dengannya beberapa bulan yang lalu.
lima menit dibutuhkan untuk mengawali pembicaraan dengan wanita itu yang ternyata bernama Nazwa itu untuk mengetahui sedang apa dia berada disini. Jarak antara tempat tinggalnya agak jauh jadi wajar Asmu bertanya.
Darinya Asmu mengetahui apa yang sedang terjadi. Nazwa menceritakan banyak hal kepadanya mulai dari pergaulannya yang agak bebas, gaya hidupnya yang penuh dengan kemewahan dan banyak hal lain yang tidak baik. Dia ingin berubah dan ingin mencari kedamaian dalam hidupnya, oleh karena itu dia menjadikan masjid sebagai tempatnya untuk menenangkan diri dan hatinya. 
mendengar itu Asmu memberi tahu bahwa tepat sekali pilihannya memilih masjid sebagai tempat menenangkan diri. Untuk menjadi baik itu memang membutuhkan tempat yang baik pula tempat yang penuh dengan banyak hal yang positif. bertaubat dengan mendatangi diskotik atau klub malam itu sangat ga tepat. Masjid, pengajian atau diskusi tentang kebaikan itulah yang mesti didatangi.
Setelah kita menemukan tempat atau lingkungan yang baik kemudian kita harus mempunyai teman yang baik pula. Jika kita ingin menjadi orang baik maka bertemanlah dengan orang baik pula. Seperti halnya jika kita berteman dengan tukang parfum maka ya minimal tercium harum juga kita. Yang pasti ketika ingin menjadi orang yang lebih baik maka bergaullah dengan lingkungan yang penuh dengan kebaikan. 
Nazwa beruntung menjadikan pelariannya adalah masjid ketika dapat masalah karena banyak lagi beberapa orang yang salah mencari tempat untuk mencari ketenangan.
Prinsipnya adalah suasana. Coba saja jika kita berada dilingkungan yang sejuk, cerah dan putih maka akan banyak hal positif yang akan kita fikirkan dan hasilkan. Apabila kita berada dilingkungan yang kotor, gelap dan hitam maka yang timbul adalah sebuah masalah baru malah terfikirkan tayangan "Uka uka' atau "Dunia lain", hehehe.


Lakukan saja jangan bicara saja


Sambil menyapu Ruang tamu Ibu Fat meyalakan Tv dan kebetulan acaranya adalah Ceramah dari Ust. Wijayanto. Kang Asmu yang sedang menulis di dalam kamarpun terpaksa mendengar ceramah itu karena volume Tv yang agak tinggi. Ibu Fat memang kini pendengarannya agak terganggu jadi untuk itu alasannya meninggikan volume Tvnya. 
Kang Asmu yang tidak konsentrasipun secara ga sadar terhipnotis oleh ceramah ust tadi dan yang tertulis dikertasnya adalah isi ceramah itu.
Sesuatu yang tidak pernah dilakukan tidak akan menghasilkan apapun. bagaimana orang biasa mengklaim bahwa dia telah menjadi sarjana tanpa pernah kuliah. Bagaimana anda bisa mendulang keuntungan, sedangkan berusaha saja tidak. Islam, agama yuang mulia ini , memerlukan umat-umat yang perlu digodok dan dikembangkan lebih lanjut adalah semangat untuk bertindak. Karena yang tahu, belum tentu mau. Kadang yang tahu, mampu tapi tidak mau. Ada yang mau tapi tidak mampu. Kalau orang tidak mau karena tidak tahu itu bukanlah masalah. Tapi kadang-kadang orang itu sebetulnya tahu bahwa beramal saleh itu baik dan mampu mengerjakannya tapi tidak mau.
Ketiga faktor ini perlu terus kita pacu agar kinerjanya terus meningkat. Jika ketiganya terus berkembang, irama kehidupan akan berjalan sangat dinamis. Tidak bertindak sama artinya dengan tidak mengubah apa-apa. Nol besar! Perubahan itu akan terjadi ketika kita melakukan tindakan. Memindahkan batang pohon yang tumbang dan menghalangi jalan itu tidak cukup dengan diam saja. Batang pohon itu bisa berpindah setelah kita sentuh, kita angkat dan kita pindahkan. 
Menyelesaikan masalah yang membelit negeri ini tidak cukup hanya dengan menggerutu, memaki-maki nasib, menyalahkan orang lain dan seterusnya. Semuanya perlu tindakan. Meski dengan upaya yang kecil, pekerjaan yang sangat besar sekalipun toh akan terselesaikan juga.
Treng!!!
Iklan menghentikan ceramah itu. Ibu Fat mengetuk pintu kamar kang Asmu.
" As, kita kepasar yuk. Bumbu-bumbu wes habis tuh. Kamu minggu ini ga ada acara kan?"
" Iya mak." Asmu meletakkan penanya dan bersiap mandi.
Loh....
Asmu menoleh keibunya.
" Ini kan ceramah barusan..?" Ibu Fat heran setelah melihat tulisannya.
" Hehehe ngantuk mak, jadi ngelantur sambil mendengar ceramah eh merambat ketangan.."
" Ga kreatif nih.." Canda ibu Fat.
" Yang penting ini kan demi dakwah mak..." Asmu langsung ngacir ke kamar mandi.

Motivasi dari Zali


Malam itu Kang Asmu berjalan berdampingan dengan Hamid Al Ghazali menuju kesebuah undangan dari Ibn Rusyd. Kang Asmu tau jika Zali (Panggilan Al Ghazali) kemarin berdebat masalah filsafat dengan Ibn Rusyd jadi dia tidak banyak berbicara, takut Zali tersinggung. 
" As, kok diam saja dari tadi?" Tanya Zali pelan namun terdengar jelas.
" Ah Ga papa kok, hanya menikmati pemandangan perjalanan saja.." Jawab Asmu pelan.
" Tidak ada hal yang mau kamu tanyakan kah? Besok aku pulang lo jadi mumpung ketemu kita saling berbagi..." 
Kang Asmu yang sejatinya ingin bertanya banyak hal langsung berbinar.
" Zal, aku sekarang butuh motivasi nih...Agar tetap berada dijalan kebaikan terus ..."
" Yakin saja As, Keyakinan kepada Alloh SWT itu akan menjadikanmu tetap dijalan kebaikan terus. Seperti Bilal sahabat nabi itu yang menjadi contoh bagaimana bermakrifat itu. mempertahankan akidah walau apapun yang terjadi. Sekarang ini, di zaman ini banyak hal yang membuat akidah manusia diberi cobaan yang berat dengan berbagai kesibukan duniawi, dan lainnya.." kata Zali dengan ucapan yang jelas dan jernih.
" Makrifat itu kepercayaan As.." lanjutnya.
" Seperti apa contohnya Zal?"
" Syahadat As, kepercayaan kepada Tuhan dan Rasulnya itu yang bisa di ibaratkan sebuah cek nilainya bisa melebihi apapun jika diisi dengan nilai yang diinginkan.." 
" Terus apalagi zal?"
" Ihsan, jika pegawai saja akan giat bekerja apabila diawasi oleh atasannya. Maka harusnya manusia jika harus giat melakukan kebaikan karena seluruh alam ini dalam pengawasan Alloh SWT termasuk manusia. Ibadah kita harusnya lebih giat karena disaksikan oleh Alloh. Motivasi kita kan memang Alloh bukan kepada yang lain.." kata Zali sambil berjalan terus berdampingan. Rumah Ibn Rusyd sudah dekat terlihat terang benderang.
Beberapa saat kemudian didepan rumah tampak pemuda tampan menyambut mereka berdua. Mereka kemudian bersalaman dan berangkulan dengan penuh keakraban.
Kang Asmu yang semula ingin mendengarkan penjelasan dari Zali ternyata ikut larut dalam acara itu. Kebetulan saat itu Ibn Rusyd memang sedang mengadakan acara akikah anaknya sehingga malam itu menu makannya adalah sate kambing yang nikmat..

Pelajaran Dari Pohon


Kang Asmu merubah posisinya dari duduk tasyahud menjadi bersila dihadapan geng percil. 
" Qur'an itu ditujukan untuk orang yang hidup. Manusia yang sudah meninggal tidak lagi diberi kewajiban perintah ur'an. Karena orang yang meninggal itu tidak bisa bergerak. Bagaimana dia bisa sholat, puasa, berhaji dan lainnya. Oleh karena itu orang yang hidup itu diperintahkan untuk bergerak, bertindak, dan beramal oleh Al Qur'an.." Kata kang Asmu saat itu.
" Tidak hanya manusia, semua mahkluk hidup itu pasti bergerak. " lanjutnya.
" contohnya kang?" Dian mengacungkan jarinya.
" Pohon. Meskipun terlihat diam, mereka sebenarnya bergerak. Tumbuh dari biji yang kecil kemudian membesar dan menjadi pohon yang menjulang tinggi. Tiap hari mereka bekerja dan beramal.." jawab kang Asmu.
" Apa kerjanya dan apa pula amalnya kang?"
" Tiap malam mereka menyerap karbon dioksida dan kemudian menyebarkan oksigen. Akarnya menguatkan tanah, menyerap air,daunya bisa dimasak atau dijadikan obat, bentuknya atau kulitnya bisa menjadi hiasan yang menyenangkan. Pokoknya pohon itu banyak kerjanya banyak pula amalnya." jelas Kang Asmu.
" Terus kang?" Ayub penasaran.
" Nah pelajaran yang harus kalian ambil adalah pohon saja yang terlihat diam ditempat saja bisa bekerja dan memberikan manfaat kepada makhluk lain termasuk kita. Lha terus kita yang bisa bergerak kemana-mana ini harus lebih bermanfaat lagi. Barangkali ibadahnya pohon adalah itu. Tidak malu kah kita jika ternyata lebih rendah nilai diri kita dengan sebatang pohon.???" 
" Jadi kita harus bagaimana kang?"
Kang Asmu tersenyum.
" Islam mengajarkan untuk bergerak. sesudah kita bersyahadat maka selanjutnya adalah bergerak seperti sholat, zakat, puasa dan zakat semuanya bergerak. "
Vira keponakan kang Asmu mengacungkan jarinya dan berdiri.
" Om ori, gimana kalo vira bergoyang gini? Apakah itu beribadah???" sambil dia melenggak lenggokkan badannya. Tentu saja semua tertawa.
" yeee salah tu vir..." Sheva langsung berdiri juga dan melakukan gerakan sholat.
" Itu lho gerakannya..." Katanya.

  

Kamis, 05 Januari 2012

Cinta ........

Sudah lama Asmu jatuh cinta kepada Asmi. Sementara itu, gadis cantik tersebut telah bersumpah, lebih mencintai Alloh SWT dan Rasul-Nya ketimbang langit dan bumi seisinya, apalagi kepada Asmu, lelaki yang dikenalnya 5 tahun silam. 
Asmu itu mengaku sebagai seorang muslim yang baik. Hal itu telah dibuktikannya dengan menjalankan segala syariat yang ada dalam agama Islam. Asmu kerap memberikan pertolongan kepada Asmi. Kemana-mana dia selalu berusaha untuk menemani Asmi dan banyak hal lagi yang membuat Asmu merasa menjadi orang yang sangat dibutuhkan oleh Asmi. Cuma bagi Asmu, pengorbanannya itu ternyata masih dianggap belum memperoleh imbalan yang seimbang dari Asmi. Ia ragu apakah Asmi itu akan membalas cintanya?.
Pada suatu malam, sesudah berhasil menjebak kekasihnya untuk singgah dirumahnya yang sedang sepi, Asmu berkata, " Asmi, apakah engkau mencintai aku?" Asmu tampak gelisah dan ragu-ragu. Ada kilatan nafsu didalamnya.
Asmi si gadis mengangguk, seraya menghela nafas, " Cintaku suci, Mas."
" Aku tahu, Untuk itu aku rela mengorbankan apa saja agar mendapatkanmu. seribu langit boleh menindih diriku, gelombang tsunami boleh menghancurkan semua hartaku, tetapi aku akan tetap menikahimu."
" Terima kasih mas."
" Aku ingin membuktikan, apakah engkau rela berkorban untukku," ucap Asmu dengan nafas kian memburu namun ditutupi dengan sikap wajarnya.
" Apa maksudmu, mas?"
" Ah, tidak apa-apa. Maksudku, bagi kita yang akan menikah, sekarang atau nanti sama saja, bukan?"
" Tentu, sekarang aku mencintaimu, kelak juga aku akan tetap mencintaimu," Jawab Asmi, berusaha tetap tenang.
" Nah, itulah yang kuharapkan. Aku ingin meminta bukti darimu. Selama ini aku gelisah, benarkah kamu yang kucintai masih belum dijamah oleh lelaki yang lain?" 
" Aku kurang paham mas.?"
" Begini, mumpung rumahku sedang sepi, aku ingin engkau menyerahkan sekaligus membuktikan kesucianmu. aku cinta kamu."
Asmi terbelalak. Ia tahu apa yang diinginkan oleh Asmu. Ia amat tersinggung. Ia hendak marah dan memberontak. Tapi ia sangat mencintai Asmu. Maka dengan halus ia menjawab, " Mas, Untukmu, apalagi sekadar mahkota kehormatanku, nyawa pun akan kukorbankan sebagai tanda cintaku padamu. Tetapi apakah engkau juga mencintaiku mas?"
" Jangan khawatir Asmi, Takkan ada wanita lain dalam hidupku."
" dan engkau bersedia berkorban demi cintamu?" Desak Asmi.
" Seperti engkau juga, segala-galanya akan kukorbankan untuk membahagiakan hidupmu."
" Jika demikian tenteram nian perasaanku mas."
" Maksudmu?"
" Kalau engkau menuntut begitu besar dariku dan aku bersedia mengabulkan permintaanmu, pasti engkau juga akan bersedia mengabulkan permintaanku yang jauh lebih kecil." Kata Asmi.
" Apa permintaanmu?"
Asmi memandang Asmu.
" Urungkan niatmu mas. Korbankan hawa nafsumu, dan singkirkan rasa curiga kepadaku. Kalau nanti setelah resmi menjadi suami istri  ternyata aku bukan perawan lagi, pukullah aku, tendanglah aku dari kamar pengantin seperti seekor anjing yang kotor dan menjijikkan. Tetapi sebelum itu bebaskan aku dari ancaman dosa besar. Ketahuilah mas, satu-satunya yang bakal membahagiakan hidupku selama-lamanya adalah jika aku tidak melepaskan dan menyerahkan kesucianku, sehingga tidak membiarkan diriku ternoda sebelum ijab kabul dilakukan di hadapan penghulu."
Asmu tersentak dan bergetar tubuhnya. Asmi terisak dengan mata merah dan air matanya meleleh. 
" Mari aku antar pulang Asmi. "
Asmu dengan tubuh bergetar mengantarkan Asmi pulang.
Sesampai dirumah, Asmu bergegas menuju ke kamar mandi. Sajadah dihamparkannya dilantai kamarnya, rumah sepi. Tak lama terdengar isak tangis. Sejak saat itu dia berusaha untuk terus menjaga Asmi dan mempersiapkan bekal untuk segera memperistri Asmi. Wanita solehah yang senantiasa dibalut busana islami.