Kang Asmu menikah dengan wanita yang dicintainya. Sangat susah membedakan siapa yang beruntung apakah kang Asmu yang beruntung atau wanita itu yang beruntung menikah dengan kang Asmu.hehe. Agar wanita yang jadi istrinya kang Asmu itu selamat dari gosip mending dicerita ini saya kasih nama Dadar saja ya(singkatan dari Bidadarinya kang Asmu). Yang lebih penting adalah kisah seusai kang Asmu ini mendapatkan berita bahagia pada saat pernikahannya sudah berjalan 5 bulan yakni Dadar dinyatakan hamil sebulan. Kang Asmu sangat senang sekali mendengarnya dan disetiap pengajian selalu saja membahas bagaimana impiannya untuk memiliki keturunan yang soleh dan mendoakan ketika sudah meninggal dunia kelak.
Mbak Dadar ini sangat cantik sekali, konon untuk menikahinya kang Asmu telah merencanakan sejak Mbak Dadar ini masih menginjak bangku sekolah menengah atas. Tapi disini kang Asmu tidak akan menjelaskan bagaimana dan siapa itu mbak Dadar karena lagi-lagi untuk menjaga privasi dia.
Malam itu usai sholat isya di langgar, kang Asmu mendapati mbak Dadar sedang duduk dikursi meja makan melihat-lihat majalah khusus pakaian bayi. Kang Asmu hanya tersenyum kecut melihat itu maklum lah dengan musim pancaroba kali ini memang hasil panen tidaklah banyak, dihatinya sedih karena ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya walau itu sebenarnya masih lama, di dekatinya mbak Dadar dan duduk disampingnya.
" Masih lama kok sudah liatin ginian sih?"
mbak Dadar agak tersipu malu dan kemudian menyalami kang Asmu dengan mencium tangannya.
" Maaf albiy, ga tau jika sudah pulang..." bergegas mbak Dadar mempersiapkan minuman untuk suami tercintanya itu namun dicegah oleh kang Asmu.
" Duduk saja bidadariku, aku tadi sudah minum ditempatnya kang Tomo..".
Akhirnya keduanya itu terlibat perbincangan mesra ( di bagian ini disensor ya,hehe)
Disela-sela itu ada topik yang menggelitik sekali.
" Albiy, jika anak kita perempuan namanya siapa ya?" tanya mbak Dadar sambil bersandar didada kang Asmu yang saat itu tampak kewalahan.
" Kalo yang perempuan biar bidadariku saja yang nentukan, tapi tebakanku anak kita itu laki-laki.." kata kang Asmu.
" Trus kalo laki-laki sapa namanya?" sahut mbak Dadar.
Kang Asmu terdiam sejenak.
" Abu saja.."
" Kok Abu aja, lanjutannya apa?"
" Ya kita liat perkembangannya saja ..."
" Maksudnya albiy?"
" Jika anak kita menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua maka namanya Abu Bakkar, sahabat nabi yang jadi sohib plus mertua nabi.."
" Jika anak kita besarnya menjadi orang yang menyenangkan, pelawak misalnya ?"
Kang Asmu berfikir dan kemudian tersenyum.
" Abu Nawas."
" Tapi albiy, gimana ketika anak kita ditakdirkan menjadi anak yang jahat dan durhaka?" kata Mbak Dadar cemas.
" Yaaah apa boleh buat terpaksa namanya abu Jahal atau abu lahab.."
" Jangan sampai ya albiy karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (muslim muwahhid), namun kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani atau Majusi. Sebagaimana seekor hewan melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, adakah kamu dapati cacat padanya." kata mbak Dadar masih bersandar manja didada kang Asmu.
" Eh kok tau?" tanya kang Asmu menggoda
" Ya kan albiy yang ceramahi aku,"
" Hehe iya, semoga kita di anugerahi anak yang soleh..."
" Oya albiy, gimana jika ternya kulit anak kita ikuti kulit albiy yang rada gelap ini...?" canda mbak Dadar sambil nyubit lengan kang Asmu.
" Abu gosok.."
" huu albiy nih"
Mereka bercanda dan melangkah menuju kamar.. eitttt pembaca hanya boleh sampai sini ya,hehe
Tengah malamnya, kang Asmu dibangunkan oleh mbak Dadar untuk sholat tahajjud. Usai sholat kang Asmu bertanya pada istri tercintanya.
" Doa apa tadi ?"
" Doa agar anak kita jangan sampai menjadi abu Jahal.."
" Hehe...." kang Asmu mencium kening istrinya dan bersama-sama mereka mengucapkan Aminnnn..