Ingat kisah Umar bin Khattab yang berjalan malam hari untuk melihat bagaiman keadaan umat dan menemukan seorang ibu menenangkan anak-anaknya yang kelaparan dengan memasak batu agar anaknya percaya bahwa itu makanan dan anak-anak itu tertidur menunggu masaknya makanan yang direbus ibunya. Melihat hal itu sayyidina Umar langsung mengambil gandum dari gudang untuk diberikan kepada ibu tadi dengan memanggulnya sendiri. Perasaan sebagai seorang pemimpin mengalir dalam diri Umar yang diilhami dari kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.
Dipondok dulu, Kyai Tajwid Hasyim kerap tidur bersama santri-santrinya tanpa alas, berbantal kopiah, dan berselimutkan sarung. Disaat menjelang tidur terkadang beliau menyematkan beberapa nasehat kepada para santri. Kedekatan inilah yang memberikan suasana nyaman dipondok.
Dua hal ini adalah contoh kecil bagaimana seorang pemimpin itu bersikap. Pemimpin harus mengetahui siapa yang dipimpin dan mampu memberikan kenyamanan kepada yang dipimpinnya itu. Sayyidina Umar kerap berkeliling dimalam hari untuk mengetahui kondisi umat, Kyai Tajwid yang mau tidur bersama para santrinya untuk memberikan nasehat-nasehat para santrinya.
Ingat juga kisah nabi Dzulkifli yang bijaksana dan selalu melayani rakyatnya. bahkan karena itu iblis berusaha mencoba menguji dengan menjadi rakyat yang sangat menyebalkan akan tetapi tetap dilayani dengan penuh kesabaran oleh nabi Dzulkifli.
Itulah gambaran pemimpin yang tugasnya adalah wakil dari rakyat, pelayan, pengayom dan pembela.
Bagi lelaki maka dia adalah pemimpin keluarganya dan harus memberikan kenyamanan, ketenangan serta kesejahteraan lahir dan bathin kepada anggota keluarganya.
Pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya layaknya imam kepada makmumnya.