MENU

Kamis, 24 Maret 2011

bhinneka Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia


BHINNEKA TUNGGAL IKA
Penting sekali mengapa pada saat menjalani kehidupan sekolah dasar dulu kita selalu  akrab dengan ajaran klasik nan selalu terngiang dalam benak kita tentang betapa indahnya Indonesia ini dan itu diungkapkan dalam kata bhinneka tunggal ika yang walaupun ungkapan itu berasal dari mpu Tantular dalam syair Sutasoma namun maksud para pemuda Indonesia pada waktu itu bukanlah untuk faham keagamaan akan tetapi kata-kata itu sangatlah tepat untuk menggambarkan bagaimana Indonesia yang didalamnya terdapat beribu-ribu suku bangsa akan tetapi dapat disatukan dalam suatu wadah politik bernama negara Indonesia.  Indonesia itu adalah kumpulan dari berbagai suku bangsa yang mempunyai perbedaan bahkan jika dirunut mulai dari wilayah barat kita akan menemui pulau Sumatra yang didalamnya terdapat suku batak, minang,aceh,melayu dan lainnya. Menyeberang kepulau jawa maka lihatlah perbedaan yang begitu terlihat, belum lagi meloncat ke pulau Kalimantan, Sulawesi, bali, timor dan papua. Para pemuda pencetus kemerdekaan itupun mempunyai sebuah gambaran masa depan yang begitu indah bagaimana menyatukan berbagai bangsa itu kepada bangsa yang tangguh dan makmur sejahtera.

Bhinneka tunggal ika pun akhirnya menjadi pedoman untuk melahirkan sumpah para pemuda yang seluruh isinya mengabarkan Indonesia ini memang berbeda namun bersatu dalam kerukunan dan satu wadah pemersatu. Mulai dari rasa patriotisme terhadap nusantara tercinta, membina komunikasi dengan bahasa pemersatu bahasa Indonesia serta memiliki loyalitas yang tinggi memperbaiki bangsa.

Sekarang kita diingatkan kembali untuk mengamalkan semboyan negara itu bahwa kita memang berbeda suku dan bangsa namun bisa bersatu tanpa ada perasaan saling merendahkan yang lain. menyingkirkanlah ego kedaerahan yang akan membuat jumawa. Bermusyawarahlah saat terjadi kesalah pahaman, berjabat tanganlah untuk semua suku bangsa dan hindarilah ajakan untuk berbuat kerusakan.  

Setidaknya beberapa generasi pendidik harus siap untuk memunculkan generasi yang bisa bersatu dalam perbedaan, mencintai bangsanya, mengembangkan bangsanya dan membuat bangga bangsanya. Setelah engkau membaca ini sisipkanlah dalam waktumu untuk mendoakan bangsa ini aman, tentram dan damai.
Samarinda, saat September dijemput Oktober 2010

makna Qurban


MENYIBAK MAKNA IBADAH QURBAN DAN IDUL ADHA
Oleh : Muhammad Anshori (F PKO semester 5)
Anggota STIA IKIP PGRI
Bacalah  firman Alloh SWT dalam Surah Al Hajj ayat 37, yang menerangkan bahwa daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Alloh SWT karena yang sampai hanya ketakwaan para pelaku kurban yang bersangkutan, maka kesan pertama yang kita tangkap dari firman Alloh adalah ibadah kurban dengan menyembelih ini merupakan simbol ketakwaan dan loyalitas kepada Alloh. Karenanya melakukan ibadah kurban akan lebih bermakna apabila dibarengi dengan penghayatan terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam ibadah itu. Meski ibadah kurban ini udah berumur tua sejak kurban antara Habil dan Qabil namun ibadah kurban ini adalah pelestarian ajaran yang pernah dilakukan Ibrahim As dan putranya Ismail As.
Perintah Alloh kepada Ibrahim agar beliau menyembelih putranya Nabi Ismail adalah sangat tidak masuk akal. Betapa tidak seorang ayah yang sudah berusia sekitar satu abad belum juga dikaruniai putra, begitu dikaruniai lalu diperintahkan untuk menyembelih putranya yang sangat disayanginya. Akal manusia mana yang dapat menerima perintah seperti ini ? karenanya upaya memahami pesan spriritual yang terkandung dalam perintah itu tidak dapat dilakukan melalui pendekatan akal. Jika dipaksakan maka hasilnya akan menyimpang dari kebenaran. Bahkan akan timbul tuduhan bahwa ayat itu perlu dipertimbangkan kembali karena tidak rasional.
Islam memang mendudukkan akal manusia dan menghargai perannya, sehingga banyak aturan-aturan dalam Islam yang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan ini merupakan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia, namun dipihak lain di dalam Islam juga terdapat aturan-aturan yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia, aturan ini umumnya mempunyai dimensi vertikal langsung antara manusia dengan Alloh saja.
Perintah Alloh kepada Ibrahim As menyembelih putranya ini memiliki dimensi vertikal. Namun bukan berarti perintah ini tidak mempunyai makna, justru disinilah letak makna perintah itu apabila kita pahami dengan pendekatan imani.
Janggal ya kok Nabi Ibrahim dan Ismail  itu masih perlu di uji loyalitasnya kepada Alloh, bukankah mereka manusia pilihan Alloh yang tidak diragukan lagi imannya. Namun kejanggalan itu akan hilang manakala kita memahami bahwa kehadiran para Nabi di dunia ini antara lain dalam rangka memberikan contoh bagaimana manusia harus taat kepada Alloh dan sabar dalam menerima ujian-ujian hidup.
Nabi aja masih diuji loyalitasnya apalagi manusia seperti kita yang seharusnya di uji loyalitas dan kesabarannya. Tetapi Nabi itulah yang paling pedih ujian-ujian hidupnya. Semakin tinggi imannya semakin berat pula cobaan-cobaan guna menyakinkan loyalitas keimanannya kepada Alloh. Walau tidak selamanya orang yang selalu ditimpa musibah itu orang yang paling beriman dan mesti tinggi kesetiaannya kepada Alloh.
Selain sebagai simbol kesetiaan Kepada Alloh, di dalam kurban itu juga terdapat simbol ketauhidan. Di Jaman jahiliah orang-orang musyrik cenderung mengkultuskan hewan-hewan tertentu. Di surah Al Maidah ayat 103 telah disinggung tentang hal itu dan oleh karenanya di perbaikilah pemahaman itu dengan adanya surah Al Hajj ayat 28 dan 36, Alloh berfirman, “ Maka makanlah daging-daging binatang ternak itu dan berikanlah (untuk dimakan) orang yang memerlukan dan orang fakir”. Oleh karena itu menyembelih dan mengkonsumsi binatang-binatang itu merupakan bagian dari ibadah yang tidak dapat diganti dengan yang lain.
Dulu juga anak adalah dianggap keindahan kehidupan dunia dalam keluarga dan harta juga pada masa lalu selalu dilukiskan dengan binatang. Padahal Alloh telah banyak menegaskan bahwa anak dan harta hanyalah hiasan dunia serta ujian saja. Ini terekam dalam Al Kahfi 46 dan Al Anfal ayat 28. Manusia hendaknya menjadikan anak dan harta itu sebagai sarana untuk mencari keridhaan Alloh bukan untuk dijadikan impian, didewakan bahkan sebagai sesuatu yang di idam-idamkan.
Nabi Ibrahim adalah sosok manusia yang mampu memenangkan kepentingan Alloh atas kepentingan dirinya sendiri. Maka sangat wajar jika keberhasilan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam mendahulukan perintah Alloh dijadikan sebagai salah satu syariat Islam karena itu agar bisa di dapat pesan-pesan moralnya tadi.
Ibadah kurban dengan hari raya Idul Adha yang datang setiap tahun sebaiknya janganlah menjadi upacara rutinitas saja, melainkan hendaknya dapat menjadikan kita seperti Ibrahim dan Ismail yang telah mampu mendahulukan kepentingan Alloh atas kepentingannya sendiri. Bila tidak, kita hanya akan mengumandangkan kalimat Allohu Akbar dimana-mana saat Idul Adha, tetapi dalam perilaku hidup sehari-hari kita justru mengecilkan  dan menyepelekan segala perintah-Nya. Mari kita renungi untuk apa kita hidup di dunia ini dan di edisi pertama telah di jelaskan bahwa kita semua manusia ini di ciptakan hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada Alloh. Karena Alloh SWT berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca, Aminn.