IBADAH QURBAN
Memaknai makna yang terkandung di dalamnya.
Idul Adha mempunyai nama beragam mulai dari lebaran haji, lebaran Qurban dan sebagainya. Setiap tahun dirayakan dan diperingati oleh seluruh umat dengan berbagai cara. Ibadah haji adalah yang utama dibulan Dzulhijjah ini. Di Indonesia ketika bulan haji ini maka sangat sibuk sekali dengan banyaknya yang melakukan ibadah haji ke tanah suci. Indonesia selalu tercatat sebagai penyumbang jamaah haji terbanyak. jika kita perhatikan secara mendalam hal ini sangat positif sekali karena dengan biaya perjalanan haji yang mahal itu menggambarkan bagaimana sejahteranya masyarakat. Namun hal itu ternyata tidak demikian karena setelah kita perhatikan kondisi masyarakat tidaklah seperti yang dibayangkan. Rakyat miskin makin bertambah, pengangguran melimpah dan tingkat kejahatan yang timbul karena masalah ekonomi. Banyaknya jamaah haji dari indonesia itu ternyata banyak yang merupakan jamaah yang telah melaksanakan haji berkali-kali. Hal ini perlu menjadi catatan apa latar belakang banyak masyarakat yang melaksanakan haji berkali-kali apakah karena murni ibadah, menambah gengsi, atau berbagai motif alasan lainnya. Ketika melihat banyaknya kemelaratan di masyarakat maka fenomena haji berkali-kali ini adalah suatu hal yang sangat menyedihkan. Ibadah haji berkali-kali bukanlah perilaku nabi yang nyatanya tidak melakukan haji berlebihan. Harta yang dipergunakan untuk kemaslhatan atau membantu lingkungan sekitar itu lebih baik daripada melakukan haji berkali-kali. Cukuplah ibadah haji sekali atau dua kali dan kemudian setelah itu hartanya dipergunakan untuk memberi manfaat kepada yang sesama. Hal inilah yang kiranya diidamkan masyarakat kepada yang berhaji sekian kali itu. Tunaikan rukun islam secara sempurna bukan hanya yang 5 saja. Semoga haji mabrur diperoleh kepada hamba Alloh yang sadar akan makna ini.
Bacalah firman Alloh SWT dalam Surah Al Hajj ayat 37, yang menerangkan bahwa daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Alloh SWT karena yang sampai hanya ketakwaan para pelaku kurban yang bersangkutan, maka kesan pertama yang kita tangkap dari firman Alloh adalah ibadah kurban dengan menyembelih ini merupakan simbol ketakwaan dan loyalitas kepada Alloh. Karenanya melakukan ibadah kurban akan lebih bermakna apabila dibarengi dengan penghayatan terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam ibadah itu. Meski ibadah kurban ini udah berumur tua sejak kurban antara Habil dan Qabil namun ibadah kurban ini adalah pelestarian ajaran yang pernah dilakukan Ibrahim As dan putranya Ismail As.
Bacalah firman Alloh SWT dalam Surah Al Hajj ayat 37, yang menerangkan bahwa daging dan darah hewan kurban tidak akan sampai kepada Alloh SWT karena yang sampai hanya ketakwaan para pelaku kurban yang bersangkutan, maka kesan pertama yang kita tangkap dari firman Alloh adalah ibadah kurban dengan menyembelih ini merupakan simbol ketakwaan dan loyalitas kepada Alloh. Karenanya melakukan ibadah kurban akan lebih bermakna apabila dibarengi dengan penghayatan terhadap pesan-pesan yang terkandung dalam ibadah itu. Meski ibadah kurban ini udah berumur tua sejak kurban antara Habil dan Qabil namun ibadah kurban ini adalah pelestarian ajaran yang pernah dilakukan Ibrahim As dan putranya Ismail As.
Perintah Alloh kepada Ibrahim agar beliau menyembelih putranya Nabi Ismail adalah sangat tidak masuk akal. Betapa tidak seorang ayah yang sudah berusia sekitar satu abad belum juga dikaruniai putra, begitu dikaruniai lalu diperintahkan untuk menyembelih putranya yang sangat disayanginya. Akal manusia mana yang dapat menerima perintah seperti ini ? karenanya upaya memahami pesan spriritual yang terkandung dalam perintah itu tidak dapat dilakukan melalui pendekatan akal. Jika dipaksakan maka hasilnya akan menyimpang dari kebenaran. Bahkan akan timbul tuduhan bahwa ayat itu perlu dipertimbangkan kembali karena tidak rasional.
Islam memang mendudukkan akal manusia dan menghargai perannya, sehingga banyak aturan-aturan dalam Islam yang sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan ini merupakan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia, namun dipihak lain di dalam Islam juga terdapat aturan-aturan yang tidak dapat dipahami oleh akal manusia, aturan ini umumnya mempunyai dimensi vertikal langsung antara manusia dengan Alloh saja.
Perintah Alloh kepada Ibrahim As menyembelih putranya ini memiliki dimensi vertikal. Namun bukan berarti perintah ini tidak mempunyai makna, justru disinilah letak makna perintah itu apabila kita pahami dengan pendekatan imani.
Janggal ya kok Nabi Ibrahim dan Ismail itu masih perlu di uji loyalitasnya kepada Alloh, bukankah mereka manusia pilihan Alloh yang tidak diragukan lagi imannya. Namun kejanggalan itu akan hilang manakala kita memahami bahwa kehadiran para Nabi di dunia ini antara lain dalam rangka memberikan contoh bagaimana manusia harus taat kepada Alloh dan sabar dalam menerima ujian-ujian hidup.
Nabi aja masih diuji loyalitasnya apalagi manusia seperti kita yang seharusnya di uji loyalitas dan kesabarannya. Tetapi Nabi itulah yang paling pedih ujian-ujian hidupnya. Semakin tinggi imannya semakin berat pula cobaan-cobaan guna menyakinkan loyalitas keimanannya kepada Alloh. Walau tidak selamanya orang yang selalu ditimpa musibah itu orang yang paling beriman dan mesti tinggi kesetiaannya kepada Alloh.
Selain sebagai simbol kesetiaan Kepada Alloh, di dalam kurban itu juga terdapat simbol ketauhidan. Di Jaman jahiliah orang-orang musyrik cenderung mengkultuskan hewan-hewan tertentu. Di surah Al Maidah ayat 103 telah disinggung tentang hal itu dan oleh karenanya di perbaikilah pemahaman itu dengan adanya surah Al Hajj ayat 28 dan 36, Alloh berfirman, “ Maka makanlah daging-daging binatang ternak itu dan berikanlah (untuk dimakan) orang yang memerlukan dan orang fakir”. Oleh karena itu menyembelih dan mengkonsumsi binatang-binatang itu merupakan bagian dari ibadah yang tidak dapat diganti dengan yang lain.
Nabi Ibrahim adalah sosok manusia yang mampu memenangkan kepentingan Alloh atas kepentingan dirinya sendiri. Maka sangat wajar jika keberhasilan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam mendahulukan perintah Alloh dijadikan sebagai salah satu syariat Islam karena itu agar bisa di dapat pesan-pesan moralnya tadi.
Ibadah kurban dengan hari raya Idul Adha yang datang setiap tahun sebaiknya janganlah menjadi upacara rutinitas saja, melainkan hendaknya dapat menjadikan kita seperti Ibrahim dan Ismail yang telah mampu mendahulukan kepentingan Alloh atas kepentingannya sendiri. Bila tidak, kita hanya akan mengumandangkan kalimat Allohu Akbar dimana-mana saat Idul Adha, tetapi dalam perilaku hidup sehari-hari kita justru mengecilkan dan menyepelekan segala perintah-Nya. Mari kita renungi untuk apa kita hidup di dunia ini dan di edisi pertama telah di jelaskan bahwa kita semua manusia ini di ciptakan hanya untuk mengabdi (beribadah) kepada Alloh. Karena Alloh SWT berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca, Aminn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar