MENU

Rabu, 15 Juni 2011

Mizan ( Timbangan Amal )


Umat islam mengistilahkan mizan adalah alat yang mempunyai dua daun timbangan yang nyata yang dipasang untuk menimbang amal para hamba yang baik maupun yang buruk, tidak dapat melakukannya kecuali Allah.
Ayat Al Qur’an mengenai Mizan adalah sebagai berikut :
1.      Surah Al Mukminun  ayat 101-118
“ Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang sesat. Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang." Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung." Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui" Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. Dan katakanlah: "Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik." ( Q.S. Al Mukminun : 101-118).
2.      Surah Al A’raf ayat 8-9
“ Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”
3.      Surah Al Anbiya  ayat 47
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”
4.      Surah Al Qari’ah ayat 6-11
“ Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”


« كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ 

سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
Ada dua kalimat (zikir) yang ringan diucapkan di lidah, (tapi) berat (besar pahalanya) pada timbangan amal (kebaikan) dan sangat dicintai oleh ar-Rahman (Allah Ta’ala Yang Maha Luas Rahmat-Nya), (yaitu): Subhaanallahi wabihamdihi, subhaanallahil ‘azhiim (maha suci Allah dengan memuji-Nya, dan maha suci Allah yang maha agung)”( H.R. Bukhari Muslim)

عن أبي مالك –الحارث بن عاصم- الأشعري رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم - الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السماء والأرض والصلاة نور والصدقة برهان والصبر ضياء والقران حجة لك أو عليك كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو مُوبقها -


Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy'ari radhiyallahu 'anhu, ia berkata : “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : ‘Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan, (bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit dan bumi. Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur'an menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”.
[Muslim no. 223]

حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ لَيْثِ بْنِ سَعْدٍ حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمَعَافِرِيِّ ثُمَّ الْحُبُلِيِّ قَال سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ عَامِرِ بْنِ يَحْيَى بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
“Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami Abdullah dari Laits bin Sa’d telah menceritakan kepada kami Amir bin Yahya dari Abu Abdurrahman al Ma’afiri al Hubuli dia berkata, saya mendengar Abdullah bin Amru bin al Ash berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan seorang laki-laki dari umatku di hadapan manusia pada hari kiamat, lalu dia membuka buku catatan besar di hadapannya, setiap buku catatan besar lebarnya seperti sepanjang mata memandang, kemudian Dia berfirman; ‘Apakah kamu mengingkari sesuatu dari ini? Apakah para penulisku yang menjaga (amal manusia) menzhalimimu? ‘ dia menjawab; ‘Tidak wahai Rabbku.’ Allah bertanya; ‘Apakah kamu mempunyai alasan dalih (bagi amal burukmu)? ‘ Dia menjawab; ‘Tidak wahai Rabbku.’ Allah berfirman; ‘Tidak demikian, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami, karena itu tidak ada kezhaliman atasmu pada hari ini’. Lalu keluarlah kartu amal kebaikan, yang di dalamnya tercatat bahwa; saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya.’ Lalu Allah berfirman; ‘Hadirkan amal timbanganmu! ‘ dia berkata; ‘Wahai Rabbku, apa (artinya) satu kartu amal ini (bila) dibandingkan buku catatan besar ini? ‘ Allah berfirman; ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dizhalimi.’” Nabi melanjutkan; ‘Lalu diletakkanlah buku catatan besar pada satu sisi, sedangkan kartu amal diletakkan pada sisi lainnya, maka buku catatan besar itu ringan (timbangannya) sedangkan kartu amal itu berat, maka tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dibandingkan nama Allah.” Abu Isa berkata; ‘Ini hadits hasan gharib. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Amir bin Yahya dengan sanad ini hadits semisalnya.(HR: Ahmad 2/ 213, at-Tirmidzi 2639, Ibnu Majah 4300, Syaikh al-Albany mengatakan bahwa hadits ini sohih).
حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ وَحَسَنُ بْنُ مُوسَى قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ
أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنْ الْأَرَاكِ وَكَانَ دَقِيقَ السَّاقَيْنِ فَجَعَلَتْ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ فَضَحِكَ الْقَوْمُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّ تَضْحَكُونَ قَالُوا يَا نَبِيَّ اللَّهِ مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ
“Telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad dan Hasan bin Musa keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari ‘Ashim dari Zirr bin Hubaisy dari Ibnu Mas’udbahwa ia memetik siwak dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil, tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa yang kalian tertawakan?” Mereka menjawab; Wahai Nabiyullah, kami menertawakan betisnya yang kecil, maka beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.”(HR: Ahmad 1/ 114 dan yang lainnya dengan sanad Hasan)
حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنِي الْمُغِيرَةُ يَعْنِي الْحِزَامِيَّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ :عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ اقْرَءُوا :{ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا }

Telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Ishaq telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepadaku Al Mughirah Al Hizami dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: Sungguh pada hari kiamat akan datang seseorang yang berbadan gemuk namun di sisi Allah timbangannya tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk. Bacalah ayat; …dan kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari kiamat (Al Kahfi: 105).(HR: Bukhori 4728, Muslim 2785)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الصَّبَّاحِ الْهَاشِمِيُّ حَدَّثَنَا بَدَلُ بْنُ الْمُحَبَّرِ حَدَّثَنَا حَرْبُ بْنُ مَيْمُونٍ الْأَنْصَارِيُّ أَبُو الْخَطَّابِ حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَشْفَعَ لِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ أَنَا فَاعِلٌ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَيْنَ أَطْلُبُكَ قَالَ اطْلُبْنِي أَوَّلَ مَا تَطْلُبُنِي عَلَى الصِّرَاطِ قَالَ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ أَلْقَكَ عَلَى الصِّرَاطِ قَالَ فَاطْلُبْنِي عِنْدَ الْمِيزَانِ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ أَلْقَكَ عِنْدَ الْمِيزَانِ قَالَ فَاطْلُبْنِي عِنْدَ الْحَوْضِ فَإِنِّي لَا أُخْطِئُ هَذِهِ الثَّلَاثَ الْمَوَاطِنَ . قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ.

“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Ash Shabbah Al Hasyimi telah menceritakan kepada kami Badal bin Al Muhabbir telah menceritakan kepada kami Harb bin Maimun Al Anshari Abu Al Khaththab telah menceritakan kepada kami An Nadlr bin Anas bin Malik dari ayahnya berkata: Aku meminta nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam agar memberiku syafaat pada hari kiamat, beliau bersabda: “Aku akan melakukannya.” Ia bertanya: Wahai Rasulullah, ke mana aku mencari baginda? Beliau menjawab: “Carilah aku pada saat pertama kali kau mencari di atas shirath.” Ia bertanya: Bila aku tidak bertemu dengan baginda di atas shirath? Beliau menjawab: “Carilah aku di dekat mizan.” Ia bertanya: Bila aku tidak bertemu dengan baginda di dekat mizan? Beliau menjawab: “Carilah aku di dekat telaga, karena aku tidak luput dari tiga tempat itu.” (HR: Ahmad 3/ 178, at-Tirmidzi 2433)Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib, kami hanya mengetahuinya melalui jalur sanad ini.
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa mizan bersifat maknawi, bahwa mizan yang disebutkan dalam al-Qur’an dan penimbangan yang disebutkan dalam al-Qur’an maksudnya adalah penegakan keadilan, dan bukan sesuatu yang nyata yang digunakan untuk menimbang. Mereka beralasan bahwa amalan-amalan adalah sifat dan maknawi, maka sifat-sifat tidak dapat ditimbang, adapun yang ditimbang adalah jasad, sehingga mereka mengatakan bahwa mizan ini bersifat maknawi.
Sedangkan untuk kaum ahlu sunnah meyakini bahwa mizan adalah sesuatu yang nyata bukan maknawi, adapun dalil-dalinya adalah hadits bithoqoh yang telah disebutkan dimuka. Kemudian juga pendapat Ibnu Mas’ud yakni : 
يجاء بالناس يوم القيامة إلى الميزان فيتجادلون عنده أسد الجدال
Ibnu Mas’ud berkata: Pada hari kiamat kelak manusia didatangkan kepadanya Mizan maka mereka berbantah-bantahan dengan perdebatan yang sangat. (Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Musnaf)


Pendapat yang mengatakan bahwa yang ditimbang adalah amal
Mereka berdalil dengan Firman Allah:
Zuhair bin ‘Ibad RA berkata: Saya mendapatkan dari masayikh kami Malik, Sufyan, Fudhail, Isa bin Yunus, dan Ibnu al-Mubarok dan Waki’ bin Jarroh, mereka mengatakan bahwaMizan itu adalah benar.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS: al-Zalzalah 7-8).
Dan firman-Nya:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.(al-Anbiya’47).
Juga dengan Sabda Nabi SAW:
“Telah menceritakan kepadaku Ahmad bin Isykab telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail dari ‘Umarah bin Alqa’qa’ dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah radliyallahu’anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada dua kalimat yang disukai Ar Rahman, ringan di lisan dan berat di timbangan, yaitu SUBHANALLAH WABIHAMDIHI dan SUBHAANALLAAHIL’AZHIIM.”(HR: Bukhari 6406 dan Muslim 2694).
Pendapat yang mengatakan bahwa yang ditimbang adalah lembaran-lembaran amal
Mereka berdalil dengan hadits Rosulullah SAW: beberapa hadist diatas.
Nash-nash ini merupakan bukti yang jelas bahwa yang ditimbang adalah amal, dan ini sekaligus merupakan bantahan tehadap kelompok Mu’tazilah yang mengatakan bahwa bagaimana mungkin amalan bisa ditimbang?
Pendapat yang mengatakan bahwa yang ditimbang adalah pemilik amal
Mereka berdalil dengan firman Allah:
Mereka itu orang-orang yang Telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.(QS: al-Kahfi 105).
Dalam ayat ini tidak disebutkan Fala Nuqimu Lahum, bukan Li a’malihim, atau Shohaif a’mal. Mereka juga berdalil dengan hadits ibnu Mas’ud:
“Telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad dan Hasan bin Musa keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari ‘Ashim dari Zirr bin Hubaisy dari Ibnu Mas’ud bahwa ia memetik siwak dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil, tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Apa yang kalian tertawakan?” Mereka menjawab; Wahai Nabiyullah, kami menertawakan betisnya yang kecil, maka beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud.”(HR: Ahmad 1/ 114 dan yang lainnya dengan sanad Hasan).
Maka berdalil dengan hadits bithoqoh, dan hadits ibnu Mas’ud, tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, bahwa yang di timbang adalah amalan. Maka Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam Aqidah Washitiyah: Bahwa yang ditimbang adalah amalan hamba. Namun hadits bithoqoh ada yang mengatakan bahwa ini khusus kepadanya sehingga nyatalah akan karunia Allah kepadanya.

Penyebutan kata “mizan” dengan bentuk jama’ “mawazin”bukan menunjukkan bahwa timbangan itu banyak, tapi menunjukkan kepada yang di timbang, sebagaimana yang terdapat dalam surat; Al ‘Araf : 8
فمن ثقلت موازينه
Adapun orang yang berat timbangan amal kebaikannya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung “.
Muhammad bin Ahmad bin Salim bin Sulaiman as-Safarini, menyebutkan bahwa berbeda-beda anatara umat satu dengan yang liannya, dikarenakan umat-umat sangat berbeda-beda dalam hal amal, maka dengan demikian mizannya juga berbeda. Beliau juga menyebutkan bahwa kaifiyah mizan yang ada di akhirat sama dengan mizan yang ada didunia dengan dalil:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya”,. (QS: a-Qori’ah 6)

Tidak ada komentar: