Kearifan itu sekarang menjadi ilmu yang sangat jarah ditemui. Kang Asmu teringat dengan beberapa kisah tentang kearifan yang memang menjadi inspirasinya setiap saat mengambil kesimpulan. Sambil duduk bersila didepan Geng percil kang Asmu bercerita beberapa kisah.
Yang pertama.
Seorang ayah pada suatu saat mendatangi sayyidina Umar dan mengadu, " Anak gadisku, wahai amirul mukminin, pernah terjerumus ke dalam dosa yang besar. Ia patah hati ditinggal oleh orang yang dicintainya, lantas mengambil pisau dan menggorok lehernya sendiri. Untung saja aku memergokinya. Anak itu kuselamatkan, lukanya kurawat dengan cermat hingga ia segar dan sehat kembali.".
Sayyidina Umar, " Hmm. Mujur anak kamu itu. Bunuh diri adalah tanda kekufuran. Ia harus bertobat."
Ayah itu menjawab, " Memang itulah yang dikerjakannya sesudah itu. Ia menyesal, dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Sekarang ia dipinang seorang pemuda untuk menjadi istrinya. Apakah dosa itu harus kuceritakan kepada calon suaminya, wahai Amirul mukminin?"
Sayyidina Umar kemudian berkata dengan lantang," Apakah engkau bermaksud membongkar aib yang sengaja telah ditutupi oleh Alloh SWT takdir-Nya? Demi Alloh, seandainya kau lakukan itu akan kuhukum engkau sedemikian rupa di depan masyarakat sehingga menjadi contoh pahit bagi yang lain. TIdak, jangan kauungkap kembali cacat yang sudah terhapus itu. Nikahkanlah putri engkau sebagaimana layaknya perempuan terhormat dan muslimah yang taat.!"
Hikmahnya adalah
Apa sebenarnya yang terkandung dalam cerita itu jelas menggambarkan kearifan. Aib bukanlah hal yang menjadi barang dagangan yang harus dipertontonkan. Untuk menjaga kehormatan dan kesucian maka hal itu mesti dilakukan. Manusia tidaklah sempurna yang pasti melakukan kesalahan akan ketika sudah bertobat maka keburukannya menjadi penyemangat dia untuk tidak mengulangi kembali.
Yang kedua
Kyai Tajwid Hasyim siang itu sedang membersihkan Astrea Star miliknya seusai perjalanan jauh dari kampung Gurimbang untuk berceramah. Ditengah kesibukan Kyai membersihkan motor kesayangannya itu datang seorang santri bernama Samson dan suaranya bergetar saat dia bercerita, " Kyai, saya tadi melihat sendiri Imam keriting dan Ulik berpelukan dengan mesra dibelakang asrama putri Darussalam."
Samson berharap Kyai Tajwid Hasyim memanggil Imam dan Ulik untuk diberikan hukuman serta mengeluarkan mereka berdua dari pondok. Karena memang perbuatan seperti itu dilarang dipondok dan hukumannya adalah dikeluarkan dengan cara tidak hormat.
Ternyata Kyai malah memandang tajam kepada Samson.
" Kenapa kamu tidak menutupi kejelekan mereka dan menasehati mereka agar bertobat. Kamu kan santri senior disini. Tidakkah kamu sudah mendengar hadis nabi riwayat Imam Muslim " Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, pasti Alloh akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat."
Samson tertegun mendengar ucapan kyai Tajwid.
Hikmahnya adalah
Bayangkan saja jika Imam dan Ulik dipanggil dan dikeluarkan dengan tidak hormat oleh pondok maka bisa jadi mereka akan sangat malu sekali dan akan menjadi nekad lantaran tidak tahu harus kemana untuk menyembunyikan diri. Dikucilkan dimasyarakat. bahaya yang lebih besar akan terjadi jika mereka berdua dikeluarkan. Oleh orang tua akan diusir, mereka akan menjadi sangat hina sekali dan khawatirnya malah Imam menjadi pemuda yang akan berbuat jahat dan Ulik akan menjadi perempuan yang tidak baik. Bukankah kebanyakan apa yang dilakukan oleh para penjahat dan perempuan nakal itu dipengaruhi oleh banyak faktor yang melatar belakanginya. Itulah yang dijelaskan oleh Kyai Tajwid pada saat memberikan pengajian kepada para santrinya. Walaupun begitu pada akhirnya Kyai Tajwid Hasyim memanggil Imam dan Ulik untuk tidak mengulangi kembali dan menyuruh mereka untuk memikirkan akibat dari perbuatan mereka, memikirkan perjuangan orang tua mereka dan dosa yang ditimbulkannya.
Kang Asmu memandang kepada geng percil dengan seksama.
" Berbuat ariflah adik-adikku tercinta. Berilah nasihat ketika terjadi kesalahan bukan malah menyalahkan. Sama halnya ketika kita dijalan menemui orang yang tersesat. Apakah kalian membentak dia karena salah jalan atau memberi tahu dia jalan yang sebenarnya?"
" Memberi tahu jalan yang sebenarnya kang!" Jawab geng percil serentak.
Kang Asmu kembali berkata.
" Demikian juga ketika saya dan juga kalian mempunyai kesalahan yang menjadi aib maka ingatkanlah namun jangan disebarkan kepada orang lain..ini berlaku untuk semua orang baik kang Asmu sendiri dan juga kalian."
1 komentar:
Jadi ingat masa-masa terindah waktu dulu masih ngaji di Pondok Pesantren At-Taqwa
Assalamu'alaikum Cak
Posting Komentar