MENU

Senin, 19 Maret 2012

Si Ujang kuliah di Jakarta


Kini, banyak orang desa yang mengirimkan anak-anaknya kuliah di kota besar. Namun kisah menggelitik seputar keluguan orang desa dalam memahami dinamika kampus dan mahasiswa kerap kali muncul. Berikut sepenggal kisah tersebut.
Ujang kini adalah mahasiswa semester 1 yang baru saja duduk di bangku Universitas ternama di Jakarta mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya di desa nun jauh di pelosok pedalaman Kalimantan. Begini isi suratnya: 
“Bapak dan Ibu, alhamdulillah, saat ini Ujang sudah mulai kuliah di Jakarta. Kuliahnya dari pagi sampai siang. Teman-temanku di sini baik-baik, malah banyak juga yang berasal dari daerah. Ujang juga sudah kost, biayanya agak mahal 250 ribu per bulan. Oh ya, Bapak dan Ibu, nilai Ujang semester 1 ini sudah keluar, yaitu 3,5. Doakan saya semoga kerasan tinggal di Jakarta” 
Sebulan kemudian, Ujang tersebut menerima balasan tersebut ; 
“Anakku Ujang, alhamdulillah kamu sudah mulai kuliah. Kami berdua mengharapkan kau cepat lulus dan membantu menyekolahkan adik-adikmu. Mohon maaf bila bulan depan uang kiriman kami agak telat, soalnya harga gabah sedang turun, kata orang-orang desa akibat import beras sih”. 
“Cuma kami agak sedikit kecewa melihat nilai kamu. Di ibtidaiyah, tsanawiyah hingga aliyah, nilai kamu kan tidak pernah di bawah 7, malah sering 8 dan 9. Kok sekarang cuma 3,5? Ayo nak, rajin-rajinlah belajar” 
“Jangan-jangan ini karena kamu ndak fokus ke kuliahmu ya? Mungkin karena kamu ikut-ikutan kost yang bayarnya mahal itu? Makanya nak, jangan dilakoni semua, kalo mau kuliah ya kuliah, kost ya kost, jangan dua-duanya” 
Salam sayang Bapak dan Ibu.
Ujang bengong membaca surat balasannya. 
Diketik ulang dari sebuah cerita lucu kyai Rembang.

Tidak ada komentar: