MENU

Senin, 27 Juni 2011

SIKAPI KEMAJUAN TEKNOLOGI


MENYIKAPI KEMAJUAN TEKNOLOGI

Kampung trans bangun mulai memasuki saat-saat senja, matahari secara perlahan-lahan bersembunyi di ujung barat dan hanya menyisakan kemilauan sinar keperakan yang mewarnai langit-langit bumi. Di ujung jalan beberapa pemuda berjalan beriringan usai bermain sepak bola di lapangan depan rumah pak Wakidi, bapaknya yusuf. Dibelakang rombongan pemuda tadi tampak anak-anak kecil saling berceloteh mengomentari permainan sepakbola tadi.
Sepak bola memang menjadi hiburan warga untuk mengisi kegiatan di sore hari sembari berkumpul bersama-sama banyak orang setelah selama pagi hingga siang mereka terlibat kesibukan dengan pekerjaannya masing-masing. Kondisi lapangan sepak bola yang terawat karena setiap minggu selalu di bersihkan dan di rapikan oleh para warga secara bergotong royong terutama para pemuda yang memang sebagai pemakai rutin lapangan sehingga ketinggian rumput selalu terkontrol dan rata yang menyebabkan mereka tidak bosan untuk bermain. Setiap bermain entah itu hanya antar sesama pemuda kampung ataupun saat ada beberapa pemain dari kampung sebelah, lapangan selalu ramai oleh penonton yang memang menjadikannya semacam hiburan yang enak untuk di tonton bersama keluarganya masing-masing.
“ ayo cepat ! sudah mendekati maghrib tuh ..aku duluan ya …” kang Asmu yang mengayuh sepeda ontelnya melewati rombongan pemuda yang merupakan teman-teman main sepak bola tadi. Kang Asmu selalu rutin bermain sepak bola setiap sore usai dari mengajari anak yang mengaji usai asar.
“ iya silahkan “ jawab mereka sambil melambaikan tangan kearah kang Asmu.
“ tenang aja as, kami nanti pasti datang kok ke langgar…” kata kang Pur setengah berteriak.
“ huss, jangan mengatakan pasti datang tapi insya Alloh datang Pur “ tukas Ipin yang berjalan disampingnya. Pur ketawa sambil membenarkan kata Ipin. Kang Asmu hanya menoleh dan tersenyum sambil terus mengayuh meninggalkan mereka.
Usai isya anak-anak yang biasanya masih ingin mengobrol dengan kang Asmu tampak pulang langsung usai salam-salaman sehabis sholat. Malam ini ada acara kumpulan para pemuda yang memang rutin diadakan seminggu sekali oleh kang Asmu yang menjadi salah satu penggagasnya.
“Jaman sekarang ini sudah tua memang, makanya setiap hari banyak saja kejadian yang bikin heboh…” kang Pur memancing di mulainya obrolan mereka.
“ Lho emang sudah tua mau gimana lagi kok di protes tho pur.? “ respon Sutisna, orang sunda yang sudah fasih pake bahasa jawa karena hampir semua teman dikampung trans bangun ini adalah jawa.
“ Semakin aneh saja berita-berita belakangan ini, kalo lihat TV aku selalu mumet (pusing) sendiri karena jarang ada acara yang mendidik..” lanjut kang Pur yang sudah berkeluarga ini.
“ Acara yang mendidik banyak kok tapi kalah sama acara bejatnya… mungkin karena untuk uang ya kok bisa begitu itu ? “ Ikrom yang sering azan di masjid tiap jumat itu mengomentari kang Pur sekalian bertanya.
“ ya iyalah karena uang, wong jarang ada kok acara yang mengedepankan nilai pendidikan yang baik..malah terkadang acara yang sebenarnya baik eh malah di jadikan bisnis setelah ratingnya naik..!” timpal Wawan yang sekarang sekolah sama dengan sekolah kang Asmu dulu.
“ Walau bagaimanapun pengaruh yang kita lihat dari TV itu besar sekali lho..dan setelah sekarang ada layanan internet rasanya kita sebagai anak-anak muda harus siap menghadapi kemajuan zaman ini dengan baik dan jangan sampai terbujuk oleh itu “ kata Rudy yang berada dibelakang Wawan.
“ lho, bagaimana tho rud? Kemajuan zaman itu perlu juga kita menggunakan internet agar tidak ketinggalan pengetahuan dan yang pentingkan kita harus bisa menjaga diri untuk tidak menggunakan dengan salah.” Bantah ikrom.
“ eh iya maksudku begitu krom…” kata Rudy nyengir mengalah.
Tak lama berselang muncullah kang Asmu.
Kang Asmu datang dengan membawa singkong goreng yang dibuatkan oleh ibu Fatimah, orang tua kang Asmu. Singkong goreng itu mengalihkan pandangan dan pembicaraan Ikrom dan teman-temannya untuk sementara karena setelah itu mereka kembali melanjutkan pembicaraan sambil mengunyah singkong goreng yang hangat dan gurih itu.
“ lagi ngomongin apa nih kok tadi terlihat seru?? “ Tanya kang Asmu dengan teman-temannya itu. Kang Asmu duduk di depan mereka sambil turut mencaplok singkong yang di bawanya tadi.
“ oya as, coba jelaskan bagaimana cara generasi muda seperti kita ini menghadapi kemajuan teknologi yang sangat ramai akhir-akhir ini?” kata Ikrom langsung menanyakan tanpa menjawab pertanyaan kang Asmu tadi.
“ iya as, karena banyak kejadian-kejadian yang tidak baik berawal dari penggunaan teknologi yang salah itu..apalagi kampung kita ini rawan karena mulai menghadapi hal-hal seperti itu..” wawan menguatkan permintaan ikrom tadi.
“ Begini ….seperti yang kita tahu, kemajuan zaman akan selalu menimbulkan akibat yang berbeda untuk orang-orang yang berbeda pula. Hasil positif adalah apabila teknologi dan kebudayaan itu dilaksanakan sesuai dengan kegunaan awalnya yang pasti baik. Sementara sebaliknya akan menjadi kejahatan apabila cara memanfaatkannya tidak benar.” Kang Asmu meletakkan singkong gorengnya yang tinggal separuh.
“ Cara mencegah agar kita tidak terkena imbas buruknya apa ya? Masalahnya ini teknologi yang sebenarnya baik namun disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab “ kata ipin, kakaknya yusuf yang merupakan teman dekatnya kang Asmu.
“ Gunakan pada saat kita perlu saja. Lebih banyaklah berkumpul dengan teman-teman untuk membicarakan hal yang baik dan bermanfaat. Silahturahmi secara rutin itu sangat baik lho karena apabila banyak berkumpul maka segala macam masalah kita akan diselesaikan dengan bermusyawarah. Nabi dulu sangat baik sekali menjaga tali silahturahmi antar sesama muslim sehingga segala macam masalah bisa terselesaikan dengan baik.” Jawab kang Asmu menanggapi kata-kata ipin.
“ Iya as, memang kumpul-kumpul gini sangat banyak manfaatnya karena setelah siang kerja tentu ada saja masalah yang terjadi dan bisa teratasi berkat sering bertemu dengan teman yang saling mengingatkan..mengenai teknologi tadi gimana?” kang pur pun turut menyumbang suara dan mencomot lagi singkong goreng yang terletak di piring.
“ Teknologi apa ya? Kalo itu internet ataupun pertemanan lewat dunia maya itu baik namun harus waspada juga. Yang penting jangan sampai banyak waktu yang terbuang untuk itu. Gunakan seperlunya, berteman dengan orang banyak itu sangat baik namun kita harus utamakan teman yang dekat dengan kita dulu, karena saat terjadi musibah ataupun hal lain maka merekalah yang akan terlebih dulu menolong kita karena lebih dekat.” Jawab kang Asmu.
Biasanya obrolan mereka ini hingga jam 10an karena kadang masih ada saja yang berdatangan. Mushala memang menjadi arena berkumpul untuk anak-anak muda trans bangun. Pembicaraan mereka menyangkut banyak hal dan kadang menyesuaikan dengan peristiwa-peristiwa yang lagi banyak terjadi di masyarakat. Bermusyawarah dengan baik membuat para pemuda di kampung sangat erat hubungannya dan mereka menjadi semakin akrab.
Dalam menyelesaikan masalah yang dialami kampung ini kumpul-kumpul yang dilakukan para pemuda kerap menjadi solusi. Banyak contohnya, seperti saat terjadi kemarau panjang beberapa bulan yang lalu, perkumpulan ini mengusulkan untuk membuat semacam bendungan kecil di sungai untuk menampung arus air sungai dan dipasang alat menyedot air kemudian ditampung kesebuah tandon yang didalamnya dipasang filter(penyaringan) terdiri dari batu, kerikil, serabut kelapa dan arang. air yang telah tertampung dalam beberapa tandon itu kemudian dibuatkan kran yang akan mengeluarkan air bersih untuk keperluan air minum warga.
Pada saat terjadi konflik perebutan lapangan sepakbola kampung dengan warga timor maka perkumpulan ini melakukan pembicaraan dengan warga timor untuk dapat menggunakan lapangan sepakbola dengan bersama-sama dengan baik dan membentuk tim gabungan dengan mereka agar tidak terjadi masalah yang menjurus ke fanatik suku.
“ Kita, sebagai pemuda harus menjadi contoh untuk adik-adik kita dan membimbing serta mengawasi perilaku anak yang kurang baik sehingga mereka tidak akan menyimpang pada saat bertindak. Saling menasehati dan jangan membentak karena segala kelembutan dan keramahan kita akan membuat adik-adik macam geng percil menjadi manut ( alias tidak melawan)” kang Asmu melanjutkan.
“ As, apakah ada dalilnya agar lebih resmi gitu??” Tanya Redy yang semenjak tadi diam saja mengikuti kumpulan.
“ Iya betul itu red, kadang jika ada dalilnya terasa enak juga jadi perbuatan kita jadi sunnah yang dapat pahala, hehehe…” sahut Rudy yang berada di sebelahnya Redy.
“ Tenang as, biar aku saja yang kasih dalil.. aku ingat dari buku yang kupinjam darimu kemarin yang judulnya itu sosok pria Muslim karangannya DR. Muhammad Ali al Hasyimi..” Ipin mengangkat tangannya menyampaikan sesuatu.
“ apa Pin?” serentak yang berkumpul bertanya.
“ Kalo haditsnya itu banyak sekali karena islam adalah agama yang menomorsatukan kasih sayang tapi ini aja ya ada hadits riwayatnya Imam Bukhari yang bunyinya “ Seorang mukmin adalah cermin bagi saudaranya. Apabila dia melihat keburukan pada saudaranya, dia akan memperbaikinya.” Kata Ipin sambil mengingat apa yang diketahuinya dari buku yang dibacanya.
“ Wah kalo gitu ya kita harus saling mengingatkan jika kita melakukan kekhilafan atau kesalahan.” Kata Ikrom dengan suara lantang dan senyum mengembang.
“ pasti dan harus itu Krom..oke teman-teman..sudah agak kelamaan nih kita ngumpul” Pur yang memang sudah mempunyai istri mengisyaratkan untuk pulang.
“ Iya, rasanya kita semua sudah membahas yang jadi permasalahan teknologi yang mesti kita hadapi dengan bijak. Semoga malam ini menjadi berkah untuk kita semua. Al faatihah” ucap kang Asmu mengakhiri pertemuan dengan doa.  
Satu persatu mereka saling bersalaman dan meninggalkan langgar dengan tenang.
“ bro sory bro aku tadi lembur jadi terlambat..” Kang Nuruddin datang dengan tergopoh-gopoh dan mendapati teman-temannya sudah mau bubaran.
“ Ntar aja lain kali kita ngumpul lagi,sekarang udah malam. Mending kamu temani aku ronda malam ini di pos kampling ! ada kang Tomo juga kok..” Kata Kirud kakaknya Ipin pada Nuruddin. Semua pulang kerumah masing-masing dan Nuruddin menyetujui ajakan Kirud ke pos kampling. Tradisi ronda memang terus dijalankan oleh warga karena untuk menghindari dan berjaga-jaga dari kejadian yang tidak di inginkan .

Tidak ada komentar: